Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mereka yang Berlebaran dengan Wara-wiri di Angkasa

Kompas.com - 07/06/2019, 10:48 WIB
Caroline Damanik

Editor

Sumber Antara

KOMPAS.com - Lebaran adalah momen yang tepat untuk berkumpul dengan keluarga tercinta, menunaikan shalat Idul Fitri bersama dan bersilaturahim. 

Namun, tidak semua orang bisa melaksanakannya karena harus menunaikan tugas. Profesi mereka tak mengenal kata tanggal merah.

Captain Maherda Ekananda, pilot Batik Air yang bertugas dalam masa mudik Lebaran, salah satunya.

Dalam masa puncak liburan (peak season) ini, hampir mustahil baginya untuk libur karena kontribusinya dibutuhkan untuk mengantarkan para pemudik ke kampung halaman.

Baca juga: Syukur Kusir Andong Tak Sangka Bisa Antar Jokowi, Ngobrol hingga Dikasih Angpau

Ironi memang, mengantarkan pulang orang lain sementara dirinya justru tidak bisa pulang. Namun, risiko itu sudah disadarinya sejak awal.

Dia mengaku tidak masalah dengan risiko tersebut dan saat ini yang menginjak tahun ke delapan dalam berkarier sebagai penerbang. Baginya, sudah biasa berlebaran dengan wara-wiri di angkasa.

Bahkan, Captain Maherda pernah merasakan bermalam takbir di kesunyian langit saat harus bertugas di malam Lebaran.

“Salah satu pengalaman paling pertama itu malam takbir karena saya harus terbang sampai pukul setengah satu pagi,” katanya.

Meski harus berteman dengan kesunyian di angkasa yang luas, justru itu adalah momentum yang sangat berkesan baginya dan membuat malam takbir lebih hikmat.

“Malam takbir itu terasa berbeda, biasanya bersahut-sahutan ramai, ini sepi tapi bisa lebih terasa hikmat,” ujarnya.

Baca juga: Peluk dan Tangis Korban Bencana Tanah Bergerak, Tak Bisa Lebaran di Rumah Sendiri

Biasanya, Captain Maherda bisa melakukan empat penerbangan dalam sehari. Namun dia bersyukur masih bisa terus menunaikan salat Id di tengah kesibukannya.

Dari segi beban tugas, dia menuturkan, tidak terlalu signifikan perbedaan antara peak season Lebaran dengan hari biasa karena faktor keselamatan tetap yang utama dan tidak boleh berkurang sedikit pun (zero tolerance).

Hanya saja, ketika berpuasa di bulan Ramadhan, dia harus lebih fokus dan waspada untuk memastikan tidak ada yang berkurang dalam aspek keselamatan penerbangan.

“Biasanya awal atau pertengahan puasa, tingkat ketelitian harus lebih tinggi karena orang berpuasa bisa mengurangi fokus, jadi tingkat kewaspadaan bisa berkurang. Akan lebih banyak orang yang lengah, sementara pekerjaan ini menuntut ketelitian tinggi. Jadi, itu yang membedakan,” katanya.

Kendati rela tidak bertemu dengan keluarga saat Hari Raya, Captain Maherda mengaku bangga bisa mengantarkan penumpang bertemu dengan keluarganya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com