Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesan Idul Fitri, Edy Rahmayadi Minta Sebar Kebaikan, Wali Kota Bilang Medan Rumah Kita

Kompas.com - 05/06/2019, 13:51 WIB
Dewantoro,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengatakan bahwa membangun negeri adalah tanggung jawab anak bangsa.

Oleh karena itu, generasi muda harus mampu meneruskan cita-cita bangsa untuk membangun negeri menjadi lebih makmur dan sejahtera.

Hal itu disampaikan Edy seusai melaksanakan shalat Idul Fitri 1440 H/2019 M di Lapangan Merdeka, Rabu (5/6/2019).

Baca juga: Pesan Idul Fitri, Stop Sebutan Kecebong dan Kampret

Edy juga berpesan kepada warganya untuk menyebarkan kebaikan sehingga dapat membangun Sumatera Utara yang bermartabat. 

"Republik ini dimerdekakan oleh beragam (suku bangsa) sehingga terciptalah persatuan dan kesatuan negeri ini. Sebagai Rahmatan Lil Al-Amin, maka umat Islam harus bisa menyebarkan kebaikan. Generasi muda harus dapat meneruskan cita-cita bangsa. Memakmurkan negeri," katanya.

Dilarang bermusuhan

Sekretaris Umum MUI Sumatera Utara yang juga dosen di UIN Sumatera Utara Ardiansyah selaku khatib dalam shalat Id tersebut menuturkan, Ramadhan adalah momen untuk menempa hati, menyucikan jiwa, dan mengasah nalar serta membangun optimistisme dan jiwa yang lapang sekalipun menghadapi beratnya tantangan dan sulitnya situasi.

Baca juga: Cerita Idul Fitri dari Sikka, Kala Umat Shalat Id di Depan Gereja

Menurut dia, sebagai anak bangsa kendati berbeda mazhab, agama, bahkan pandangan politik tetapi tetap berketuhanan yang Maha Esa.

Manusia Indonesia, lanjut dia, sudah bersepakat berbahasa, berbangsa dan bertanah air satu, Indonesia.

"Dan menyadari bahwa Islam tidak melarang kita berkelompok dan berbeda. Yang dilarang adalah berkelompok dan saling bermusuhan," katanya.

Hal tersebut menurutnya tertuang dalam QS Ali Imran (3): ayat 105, "dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih dalam tujuan setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat".

Dia pun berharap, Idul Fitri menjadi sumbu semangat untuk sadar akan asal kejadian manusia dari tanah. Kesadaran akan asal manusia mengantar pada kemampuan memahami jati diri yang sebenarnya. Tanah, lanjut dia, berbeda dengan api yang menjadi asal muasal iblis.

Baca juga: Peluk dan Tangis Korban Bencana Tanah Bergerak, Tak Bisa Lebaran di Rumah Sendiri

Tanah bersifat stabil. Tidak bergejolak seperti api. Tanah menumbuhkan sementara api membakar. Tanah dibutuhkan oleh manusia, binatang dan tumbuhan sementara api tidak.

"Jika demikian, manusia semestinya stabil, bertanggung jawab, konsisten dan tidak bergejolak serta selalu memberi manfaat bagi alam sekitarnya," katanya.

Selain kesadaran akan asal, menurut dia, manusia juga dituntut untuk sadar terhadap kesamaan dan kebersamaan. Keduanya yang menjadi sumbu untuk lebih peduli terhadap sesama, dan menyebarkan keadilan sosial.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com