Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kampung Anyaman Bambu yang Mampu Bertahan hingga Tujuh Turunan

Kompas.com - 03/06/2019, 11:38 WIB
Ari Widodo,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Proses selanjutnya yakni 'nyublesi' untuk menyambung dan menambah anyaman supaya sesuai bentuk yang diinginkan.

Lalu anyaman 'ditatah' supaya rapat dan kencang anyamannya. selanjutnya 'dibekuk' menjadi bentuk elips dan 'wengku' memasang bambu tipis sebagai batas permukaan bodak.

Baca juga: Kisah Bripka Andi Kustiawan Rela Berdandan Jadi Jin Aladdin untuk Hibur Pemudik

Untuk membuat pola anyaman, masing masing jenis anyaman memiliki pola dasar yang berbeda, ada yang disebut 'pola durna, ' Pola Dursasana' dan 'Pola Semar'.

Sayangnya filosofi pola pola tersebut tak diturunkan oleh nenek moyang warga Rejosari sehingga informasi tentang makna pola bernama wayang tersebut hanya tinggal nama.

Dari hasil mengayam, keluarga Mbah Parman dan keluarga lain di Desa Rejosari bahkan bisa menyekolahkan anaknya minimal SMA.

"Senajan boten melimpah, nanging berkah, golek pangan niku sing paedah, ampun angah angah. Ngendikane Kanjeng Sunan senajan ora nyugihi sing penting nguripi." (Meskipun tidak berlimpah namun berkah, mencari nafkah itu harus berfaedah jangan serakah. Kanjeng Sunan bersabda walau tidak memperkaya tetapi menghidupi)," tutur Mbah Parman.

Dukungan pemerintah desa

Jumiatun (41) Ketua Tim Penggerak PKK Desa Rejosari Kecamatan Karangtengah, Demak, menyatakan bahwa desanya merupakan sentra kerajinan anyaman bambu. 

"Semua rumah diberdayakan. Menganyam menjadi warisan pekerjaan yang turun temurun. Semua warga asli Rejosari bisa menganyam meski kadang ada yang tidak bermatapencaharian sebagai penganyam," kata Jumiatun.

Pihak pemerintah desa mendorong usaha home industry tersebut dengan motivasi, pemberian peralatan cuma cuma, ekspo dan penyuluhan inovasi karya.

Bahan baku didatangkan dari luar daerah Demak, biasanya ada yang menyiapkan stok bambu. Para perajin mengambil bahan baku dan membayar jika hasil anyamannya laku.

Baca juga: 7 Fakta Kisah Wally Jadi WNI, 42 Tahun Tinggal di Papua hingga Dirikan 7 Sekolah

Sebatang bambu dihargai Rp.11.000.

"Sebatang bisa jadi bodak sekitar 3 atau lebih. Harga bodak Rp.15.000," terangnya.

Barang - barang hasil anyaman warga Rejosari mayoritas dikumpulkan pada pengepul di desa tersebut, tetapi ada pula yang menjualnya keliling desa desa di wilayah Demak.

Jika dijual keliling, harganya bisa mencapai Rp 20.000 - Rp.25.000 sebuah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com