Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Fakta Kisah Wally Jadi WNI, 42 Tahun Tinggal di Papua hingga Dirikan 7 Sekolah

Kompas.com - 02/06/2019, 10:25 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

3. Perjuangan Wally mendirikan sekolah

Bukan hal mudah bagi Wally untuk mendirikan sekolah di Papua. Saat itu, status warga negaranya masih tercatat sebagai WNA Amerika.

Banyak prosedur yang menghambat dirinya untuk mewujudkan mimpinya, mendirikan sekolah bagi generasi muda Papua.

"Pasti ada perbedaan yang mendasar, sekarang jauh lebih bebas. Dulu saya punya sekolah bisa (didirikan) di bawah perusahaan ini (MAF Aviation), tapi di imigrasi kalau kita dapat visa itu tidak bisa bekerja untuk dunia pendidikan. Memang saya bisa mendorong untuk bentuk yayasan tapi untuk bisa bebas bergerak dalam pendidikan atau kesehatan itu tidak bisa," katanya.

Sementara itu, untuk merekrut anak-anak di pedalaman, ia bekerja sama dengan misionaris, karena menurutnya cara tersebut cukup efektif untuk mendapatkan anak-anak berpotensi.

Baca Juga: Tujuh Putra Papua Lulus dari Universitas Ternama di Amerika Serikat

4. Rasa cinta kepada Indonesia, khususnya Papua

Danau Sentani, Papua.https://pesona.travel Danau Sentani, Papua.

Wally datang ke Papua sejak 1977, namun keinginanya untuk menjadi WNI muncul 34 tahun setelahnya atau pada tahun 2011.

Keputusan tersebut mendapat dukungan penuh dari sang istri, Jhon Wiley dan kedua anaknya Josenda Jacinda dan Jared. Meski keluarganya tidak mengikuti jejaknya. Namun, Wally melihat ada kemungkinan hal tersebut akan terjadi.

"Keluarga belum jadi WNI. Istri saya belum tapi dua anak saya ada di sini, termasuk juga cucu saya. Mungkin mereka akan perhatikan keadaan saya. Bagaimana saya setelah jadi WNI, baru mereka ambil keputusan. Tapi mereka semua mendukung saya. Ini prosesnya sudah delapan tahun," kata Wally.

Baca Juga: Kisah Mahasiswa Papua Lulus Magna Cum Laude dari Universitas di AS, Ingin Pulang Kampung hingga Bakar Batu di Oregon

5. Ingin mengabdi pada Indonesia hingga akhir hayat

Bendera Indonesia.Thinkstock Bendera Indonesia.

Wally yang kini memiliki empat orang cucu, menganggap apa yang telah ia putuskan tidak lain karena panggilan dari Tuhan.

Ia yang lahir dari keluarga misionaris meyakini bila Tuhan sudah memberikan petunjuk agar ia terus mengabdi di Papua.

"Kembali lagi dari panggilan Tuhan. Ini tempat yang dia kasih. Kalau kami betul-betul ikut Tuhan, dia akan tunjukan dimana tempatnya dan dia akan membagi sebagian hatinya. Jadi Tuhan bagi hati kepada saya untuk cinta Indonesia, khususnya Papua," ucapnya.

Baca Juga: Menunggu 35 Tahun, Kampung di Papua Barat Akhirnya Teraliri Listrik

6. Pengalaman dicurigai petugas keamanan

Anak-anak sekolah dasar di landasan pacu Bandara Merdey, Teluk Bintuni, Papua Barat.Dok. MAPALA UI Anak-anak sekolah dasar di landasan pacu Bandara Merdey, Teluk Bintuni, Papua Barat.

Wally menyadari ada rasa kecurigaan terhadap dirinya sebagai orang asing dari aparat keamanan karena kedekatannya dengan penduduk asli, terutama di wilayah pedalaman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com