Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kolom Abu Setinggi 2 Kilometer Saat Erupsi Gunung Agung Bukan Awan Panas

Kompas.com - 01/06/2019, 11:34 WIB
Rachmawati

Editor

AMLAPURA, KOMPAS.com - Gunung Agung di Kabupaten Karangasem,Bali kembali mengalami erupsi kemarin, Jumat (31/5/2019) pukul 11.42 Wita dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 2 kilometer di atas puncak (5.142 meter di atas permukaan laut).

"Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur laut dan timur," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali, I Made Rentin di Denpasar.

Erupsi tersebut, lanjut Rentin, terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 30 mm dan durasi sekitar 8 menit 4 detik.

"Berdasarkan informasi yang kami terima, juga terdengar suara gemuruh di Pos Pengamatan Gunungapi Agung, di Desa Rendang, Kabupaten Karangasem," ujarnya.

Baca juga: PVMBG Imbau Wisatawan Hindari Puncak Gunung Agung Selama Lebaran

Saat ini, ujar Rentin, Gunung Agung masih bervada pada Status Level III (Siaga).

Dia mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki/pengunjung/ wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian, dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yaitu di seluruh area di dalam radius 4 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung.

"Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual atau terbaru," ucapnya.

Berdasarkan hasil metode "RGB" (Red Green Blue) Citra Satelit Cuaca Himawari pada pukul 12.00 Wita, debu vulkanik Gunung Agung terdeteksi bergerak ke arah  selatan.

Di tengah situasi itu, beredar di masyarakat informasi bahwa terjadi awan panas pada erupsi Gunung Agung. Informasi itu ternyata sumbernya dari postingan seseorang di Facebook.

Baca juga: Ini Daerah yang Terpapar Hujan Abu Vulkanik Pasca-erupsi Gunung Agung Siang Tadi

Kabid Mitigasi PVMBG Wilayah Timur, Devy Kamil Syahbana meminta masyarakat tidak mempercayai informasi salah tersebut.

“Pada erupsi siang tadi (kemarin, Red) tidak ada awan panas. Yang terjadi adalah lontaran material piroklastik ke luar kawah yang terlihat berwarna abu-abu karena terjadi siang hari. Kalau terjadi malam hari, maka ini berwarna merah,” ungkap Devy Kamil, Jumat.

Ia mengatakan, erupsi yang terjadi kemarin siang, karakteristiknya masih sama dengan erupsi-erupsi sebelumnya.

“Perbedaannya adalah, masyarakat baru melihat lagi erupsi pada siang hari. Untuk informasi tidak tepat dari pihak yang tidak bertanggungjawab ini dapat diproses hukum karena meresahkan masyarakat,” tegas Devy Kamil.

Baca juga: 5 Fakta Erupsi Gunung Agung, Buat Kaca Rumah Bergetar hingga 13 Desa Dilanda Hujan Abu

Berdasarkan laporan Pasebaya, kemarin sejumlah daerah mengalami hujan abu vulkanik hingga pasir. Sesuai laporan relawan Pasebaya Agung, Kepala Desa lingkar Gunung Agung, Orari dan Rapi hingga pukul 13.50 Wita adalah, arah selatan Gunung Agung yakni daerah Temukus desa besakih, Dusun Lebih, Pura, Badeg dan Pura Pasar Agung Desa Sebudi.

Arah tenggara, Desa Jungutan, Desa Bhuana Giri, Desa Buda Keling kec Babendem, Lingkungan Temega klurahan Padangkerta. Arah Timur Gunung Agung, Desa Ababi, Desa Nawekerti, Desa Tribuana, Desa Pidpid, Desa Datah dan Desa Culik. Sedangkan arah utara Gunung Agung nihil hujan abu maupun pasir.

Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Bukan Awan Panas, Ini Fakta Tentang Erupsi Gunung Agung Kemarin, Kolom Abu Capai 2 Kilometer

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com