Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur NTT: Gereja Mesti Terlibat Aktif Perangi Sampah Plastik

Kompas.com - 01/06/2019, 07:14 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Rachmawati

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat, meminta gereja di NTT mesti terlibat aktif memerangi sampah, khususnya sampah plastik.

Hal itu disampaikan Viktor, saat memberikan sambutan pada acara pentahbisan diakon di Kapela Seminari Tinggi Santo Mikael Penfui Kupang, Jumat (31/5/2019).

Menurut Viktor, gereja tidak hanya untuk mengusahakan kebersihan spiritual, tetapi juga kebersihan lingkungan.

"Saya minta para diakon yang sudah ditahbis harus mampu tunjukkan jati dirimu sebagai orang bersih. Bukan hanya bersih secara spiritual tapi juga aktif untuk melihat lingkungan bersih," ucap Viktor.

Baca juga: Harga Tiket Pesawat Kupang-Jakarta Tembus Rp 9,3 Juta, Penumpang Kebingungan

"Kalau lihat umat buang sampah, tegur. Makan permen, buang sembarang, tegur. Isap rokok, buang sembarang, tegur. Minum air mineral, buang sembarang, tegur. Jangan pernah berhenti untuk untuk ingatkan umat agar hidup bersih," sambung mantan Ketua Fraksi Partai Nasdem DPR RI itu.

Viktor menjelaskan, perang terhadap sampah adalah pekerjaan bersama. Ini tanggung jawab pemerintah dan gereja. Bukan pemerintah saja, bukan gereja saja. Tapi keduanya punya tanggung jawab bersama.

Viktor mengaku, dirinya selalu mengatakan di mana-mana, jika Pemerintah Provinsi NTT tidak akan mampu membawa visi dan mimpi besarnya selama gereja tidak berperan aktif secara luar biasa.

Baca juga: Banyak TKI Ilegal asal NTT di Malaysia, BP3TKI Kupang Bangun Rumah Informasi Migrasi Aman

Gereja kata dia, harus mulai mendorong umatnya untuk mengelola sampah dengan baik.

"Saya bilang, perang terhadap sampah. Kalau boleh, lihat siapa saja yang buang sampah, tegur khususnya sampah plastik karena daya rusaknya luar biasa," kata Viktor.

Secara pribadi lanjut Viktor, dirinya sangat terganggu dengan stigma kota terkotor yang disematkan pada Kota Kupang.

Sebagai gubernur yang lahir dan besar di Kota Kupang, serta sekarang memerintah dan berkantor di Kota Kupang, Victor mengaku merasa tertantang untuk menunjukan kepada kepada semua orang bahwa stigma itu tidak tepat.

"Kita sedang berperang karena ini memberikan stigma buruk kepada kita, sebagai orang-orang kotor. Ini perang kita. Kita harus merefleksi diri untuk menjadi manusia-manusia yang bisa merubah yang tidak mungkin jadi mungkin. Tiap pagi kalau saya keliling, lihat sampah, hati saya sedih," jelas pria asal Semau tersebut.

Baca juga: Main Judi Bola Guling di Lokasi Biliar, 2 Warga Kota Kupang Ditangkap

Tantangan untuk merubah pola pikir dan kebiasaan masyarakat menurut Viktor memang bukan hal yang mudah.

Setiap hari Jumat dan Sabtu, pihaknya telah menggerakan banyak orang, termasuk ASN untuk membersihkan sampah. Namun hari Senin sampah sudah ada lagi.

Tapi ini tantangan bagi semua pihak. Tidak boleh berhenti mengingatkan masyarakat.

"Sebagai gubernur saya menekankan dan mendorong kita untuk berubah dari waktu ke waktu. Saya mengimbau kita untuk tanam kelor. Orang kadang anggap remeh tentang kelor. Tapi (tanaman) ini berkat yang Tuhan beri untuk NTT. Saya minta para diakon selain urus (layani) umat, urus juga tanam kelor," pesan Viktor Laiskodat.

Permintaan kelor dari Jepang, menurut Viktor, satu bulan  sebanyak 40 ton dalam bentuk bubuk. Tapi pihaknya tidak sanggup memenuhi itu. Bulan Oktober nanti, ekspor kelor perdana ke Jepang akan dilakukan.

Baca juga: Dua ASN di Kupang Aniaya Siswa SD hingga Susah Bicara

"Sekarang pemerintah dorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam hal ini. Dan gereja harus berperan aktif di sana. Itu harus kita lakukan, karena kelor bertahan sampai 60 tahun. Jangan pernah capeh untuk kerja dan kerja," ucapnya Viktor.

Sementara itu, Mgr Dominikus Saku, Uskup Atambua selaku Uskup Pentahbis dalam sambutannya mengatakan, makna dari tahbisan diakon adalah pelayanan.

Menghadirkan kegembiraan dalam pelayanan, supaya semakin banyak orang dibawa keluar dari keterkungkungan.

"Apa yang dikatakan bapak gubernur merupakan tantangan bagi gereja, khususnya para pelayan umat. Banyak yang hanya bergerak seputar altar. Kita ditantang untuk perluas altar Tuhan agar menjangkau pelayanan yang lebih luas dan sampai orang terjauh. Bukan hanya pada orang tetapi juga bidang-bidang. Gereja kalau hanya terpaku pada bidangnya sendiri lama-lama akan jadi kerdil. Kita harus bekerja secara baru, kreatif dan inovatif," ujar Mgr Domi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com