"Sebagai gubernur saya menekankan dan mendorong kita untuk berubah dari waktu ke waktu. Saya mengimbau kita untuk tanam kelor. Orang kadang anggap remeh tentang kelor. Tapi (tanaman) ini berkat yang Tuhan beri untuk NTT. Saya minta para diakon selain urus (layani) umat, urus juga tanam kelor," pesan Viktor Laiskodat.
Permintaan kelor dari Jepang, menurut Viktor, satu bulan sebanyak 40 ton dalam bentuk bubuk. Tapi pihaknya tidak sanggup memenuhi itu. Bulan Oktober nanti, ekspor kelor perdana ke Jepang akan dilakukan.
Baca juga: Dua ASN di Kupang Aniaya Siswa SD hingga Susah Bicara
"Sekarang pemerintah dorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam hal ini. Dan gereja harus berperan aktif di sana. Itu harus kita lakukan, karena kelor bertahan sampai 60 tahun. Jangan pernah capeh untuk kerja dan kerja," ucapnya Viktor.
Sementara itu, Mgr Dominikus Saku, Uskup Atambua selaku Uskup Pentahbis dalam sambutannya mengatakan, makna dari tahbisan diakon adalah pelayanan.
Menghadirkan kegembiraan dalam pelayanan, supaya semakin banyak orang dibawa keluar dari keterkungkungan.
"Apa yang dikatakan bapak gubernur merupakan tantangan bagi gereja, khususnya para pelayan umat. Banyak yang hanya bergerak seputar altar. Kita ditantang untuk perluas altar Tuhan agar menjangkau pelayanan yang lebih luas dan sampai orang terjauh. Bukan hanya pada orang tetapi juga bidang-bidang. Gereja kalau hanya terpaku pada bidangnya sendiri lama-lama akan jadi kerdil. Kita harus bekerja secara baru, kreatif dan inovatif," ujar Mgr Domi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.