Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Balita di Ponorogo Tersiram di Air Mendidih Viral di Media Sosial

Kompas.com - 31/05/2019, 13:49 WIB
Muhlis Al Alawi,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


PONOROGO, KOMPAS.com - Kisah balita asal Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo sekujurnya tubuhnya melepuh setelah tersiram di air mendidih viral di media sosial.

Bukan hanya peristiwa pilu tercebur di air mendidih yang menimpa Arif Nur Hasan (17 bulan).

Keluarga Arif yang tak mampu membiaya operasi pasca-korban tersiram air mendidih menjadikan banyak netizen iba dan mengulurkan bantuan langsung.

Pantuan Kompas.com di akun Facebook Info Cegatan Wilayah Ponorogo (ICWP), semenjak foto Arif Nur Hasan yang sementara dirawat rumah sakit diunggah di grup tersebut sejak Rabu (29/5/2019) sudah dikomentari 1.258 netizen. Hampir seluruh netizen memanjatkan doa bagi kesembuhan Arif.

Baca juga: Balita Tewas Tercebur Sumur di Kediri

Dari gambar yang diunggah, bocah malang itu mengalami luka melepuh di hampir seluruh bagian badan, sebagian kaki, dan kedua tangannya.

Admin ICWP dengan akun Facebook Annas Karunia Illahi menginformasikan Arif segera dioperasi. Tetapi keluarga menolaknya karena tidak memiliki biaya untuk membayar operasi.

"Disarankan kon operasi, ditolak orang tuane mergo mikir ragat (Disarankan untuk operasi. Tetapi ditolak orang tuanya karena memikirkan biayanya). Ewangono mikir ben sido operasi (tolong dibantu agar korban bisa dioperasi)," tulisnya.

Tak hanya itu, beberapa netizen langsung menyalurkan bantuan uang lewat nomor rekening yang disampaikan admin ICWP.

Koordinator Ponorogo Peduli, Jumeno yang dihubungi Kompas.com, Jumat (31/5/2019) usai menyalurkan bantuan dan menjenguk Arif di RSUD Ponorogo menyatakan, kondisi tubuh korban hampir seluruhnya melepuh karena tersiram air panas. Kendati demikian, Arif masih sadarkan diri.

"Jadi, hampir seluruh tubuh mulai atas perut dan ke bawah sampai kaki terkelupas. Begitu pula sebaliknya. Namun, anaknya saat ini masih sadar," ujar Jumeno.

Menurut Jumeno, Arif tidak bisa terpisah dengan ibunya. Saat hendak ditinggal ibunya, Aris langsung menangis. "Anaknya mau ditungguin ibunya terus," ujar Jumeno.

Jumeno memastikan, Arif saat ini sudah ditangani perawatan dan pengobatannya oleh dokter di RSUD Ponorogo setelah banyak yang memberikan bantuan kepada orangtuanya.

Baca juga: Tabung Kompresor Meledak, Seorang Nenek dan Balita Tewas

"Donasi banyak mengalir untuk biaya perawatan korban. Kemarin setelah saya pulang, banyak orang berdatangan dari Ponorogo dan Madiun. Mereka simpati karena orangtua korban termasuk golongan tak mampu. Bapak dan ibunya pekerjaan sebagai serabutan buruh tani," ujar Jumeno.

Kejadian nahas yang menimpa Arif bermula saat Sulati, ibunda korban sementara memasak air di dapur. Pada saat bersamaan, Arif berjalan di sekitar dapur.

"Saat itu, Arif berjalan mundur lalu terpeleset hingga air panas yang berada di dalam panci jatuh menumpahi badannya," kata Jumeno.

Saat dibawa ke rumah sakit, keluarganya angkat tangan persoalan biaya lantaran korban harus dioperasi. Penggalangan dana dilakukan sukarela setelah khabar korban tersiram air mendidih viral di media sosial. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com