Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingin Bahagiakan Orangtua, Cita-cita Bocah Ikhsan Tuntun Ayah Tunanetra Jualan Keripik (2)

Kompas.com - 31/05/2019, 12:07 WIB
Himawan,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com - Maulana Ikhsan masih berusia 10 tahun, tetapi keinginannya untuk membahagiakan kedua orangtuanya sangat besar.

Dia kerap membantu ayahnya berjualan keripik pisang di warung-warung kopi di Makassar, Sulawesi Selatan.

Ikhsan menuntun ayahnya yang tunanetra berjalan berkilo-kilo meter untuk berjualan pada sore hingga malam hari setelah dia pulang sekolah.

Fotonya menuntun sang ayah di pusat keramaian viral di media sosial dan membuatnya menuai pujian.

UPDATE: Mari Bantu Ikhsan, Bocah Penjual Keripik Tumpuan Harapan Kedua Orangtuanya yang Tunanetra Melalui Kitabisa.com.

"Saya ingin membahagiakan orangtua. Jadi saya harus membantu orangtua," kata Ikhsan saat ditemui Kompas.com di kediamannya.

Baca selengkapnya: Kisah Ikhsan, Bocah 10 Tahun Tak Malu Bantu Ayah yang Tunanetra Jualan Keripik (1)

Bikin terharu dan bahagia

Penuturan Ikhsan dibenarkan sang ayah, Asep. Dia bercerita awal mula anak keduanya itu ikut membantunya mengais rezeki di jalan serta di beberapa kafe yang ada di Makassar.

Bermula pada tahun 2018 lalu, Asep tiba-tiba terkejut ketika Ikhsan menyatakan akan membantunya berjualan keripik pisang.

"Saat itu Ikhsan masih kelas tiga. Dulu awalnya biasa ikut biasa tidak. Itu tahun 2018. Dulu kan saya duluan menjual," ucap Asep.

Baca juga: Kisah Pilu Taufik, Malaikat Kecil Penyelamat Turis Malaysia yang Jadi Tulang Punggung Keluarga (1)

Asep menyadari, keterbatasan fisik yang dimilikinya membuatnya sulit mendapatkan pekerjaan tetap.

Untuk itu, dia dan keluarganya yang awalnya tinggal di Kabupaten Gowa memilih pindah ke Makassar dan menjual usaha dagangan keripik orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya sejak 2017.

Asep mengatakan, dia berjualan siang hingga malam hari. Pada siang hari, selain hari libur, dia pergi sendiri menjual keripik pisang lalu pulang pada sore hari.

Barulah pada malam hari, Ikhsan menemaninya berjualan. Ikhsan menjadi penuntunnya, di tengah hingar bingar kota Makassar pada malam hari. 

Dia mengaku, sama sekali tidak pernah memaksa anaknya itu untuk membantunya. Menurut dia, Ikhsan harus memprioritaskan sekolahnya. Oleh karena itu, tak pernah sekali pun dia mengajak Ikhsan berjualan ketika anaknya itu memiliki PR atau ujian di sekolahnya.

"Kalau mau bermain sama temannya saya juga tidak mengajaknya. Cuma Ikhsan biasa sendiri yang mau ikut katanya untuk bantu-bantu daripada tinggal di rumah saja," kata Asep.

Baca juga: Kisah Toleransi Murid-murid SD Kristen yang Jadi Tuan Rumah Buka Puasa Siswa Madrasah 

Ikhsan, lanjut dia, terkadang mendatangkan keberuntungan tersendiri. Karena melihat Ikhsan, pembeli terkadang mendatanginya.

Tak jarang, dia ditanya seputar pelajarannya di sekolah serta apakah dirinya tidak pernah memiliki waktu bermain bersama teman-temannya.

"Kalau saya ditanya-tanya apa sudah mengaji (saat bantu orangtua), saya jawab iya," timpal Ikhsan. 

Sehari-hari, Asep berjalan menuju rumah milik pengusaha keripik untuk mengambil puluhan bungkus keripik yang dijualnya yang tak jauh dari rumahnya.

Setiap hari, dia menjual 15-20 bungkus keripik pisang yang diedarkan ke warkop ataupun ke tempat-tempat tongkrongan lainnya. 

Kadang dia bersama anaknya itu tidak berhasil menjual sama sekali dagangannya. Tiap kerupuk dijualnya seharga Rp 6.000-Rp 7.000. Jika dagangannya kurang laris, Asep nyambi jadi pemijat tradisional yang biasa dibayar sekitar Rp 50.000-Rp 60.000. 

"Kalau tidak laku, itu sudah biasa. Ya jadi harus bekerja keras. Kadang saya juga jdi pemijit. Itu semua untuk kebutuhan sehari-hari dan bayar sewa kos," kenang Asep.

Keluarga pekerja keras

Foto jualannya yang sempat viral antara ayah dan anak ini juga membuatnya sempat diundang di salah satu stasiun tv. Menurut dia, hal itu tidak menambah penghasilan yang didapatnya, meski sekarang orang-orang sudah lebih mengenali dirinya bersama anaknya tersebut. 

Apalagi, di bulan Ramadhan, Asep mengakui jualan keripik pisang tidak selaris dengan jualan aneka takjil yang dijajakan di jalan oleh para pedagang lainnya. 

"Kalau melihat kami orang sudah tahu, oh yang pernah masuk TV ini ya. Tapi kalau sekarang masih jualan, di bulan puasa susah jual keripik. Saya juga kurangi lamanya jualan karena puasa," ungkap Asep. 

Pemandangan Asep yang dituntun berjalan oleh anaknya Ikhsan juga tak luput dari pengamatan warga.

Sidak, salah satu tetangga Asep menyebut bahwa keluarga Asep merupakan keluarga yang sangat pekerja keras. 

Dia masih mengenang ketika Asep bersama istrinya yang juga tuna tmnetra juga ikut menjual keripik pisang sembari dituntun oleh Ikhsan dan saudaranya. Tak ayal pemandangan ini membuatnya biasa menggunakan jasa pijatan Asep. 

"Kalau masalah kerja keras saya akui. Keterbatasan fisiknya itu tidak membuatnya lelah bekerja bahkan sampai malam. Saya pernah dengar uang kosnya pernah tertunggak 3 bulan, tapi sudah dibayar," ucap Sidak yang mengenang malam ketika ia melihat Ikhsan bersama keluarganya pulang berjualan keripik.

UPDATE: Mari Bantu Ikhsan, Bocah Penjual Keripik Tumpuan Harapan Kedua Orangtuanya yang Tunanetra Melalui Kitabisa.com. 

SELESAI!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com