Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi yang Sering Lewatkan Lebaran

Kompas.com - 31/05/2019, 09:16 WIB
Wijaya Kusuma,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

Jarang pulang rumah

Selama sebagai pengamat, separuh waktunya dihabiskan di pos pengamatan untuk mengamati aktivitas Gunung Merapi. Aktivitasnya ini membuat Heru jarang pulang ke rumah.

Apalagi pada saat aktivitas Gunung Merapi sedang meningkat, ia bisa berhari-hari tidak pulang ke rumah. Kalau pun pulang, hanya mengambil baju ganti lantas berangkat lagi ke pos lagi.

Heru menceritakan, pada saat erupsi tahun 2010, ia cukup lama tidak pulang ke rumah. Ia berpesan kepada istri dan anaknya agar tidak menghubunginya ketika kangen atau hanya sekadar untuk menanyakan kabar.

Sebab, hal itu akan menganggu konsentrasinya dalam melakukan pengamatan. Heru menyampaikan ke istrinya, jika dirinya lah yang akan menghubungi ketika ada waktu luang.

"Ya berat memang, karena saya tidak bisa menghalangi rasa kangen mereka atau keinginan mereka mengetahui kabar bapaknya. Tapi, itu sudah komitmen saya, karena melakukan pengamatan butuh fokus, agar tidak salah," ujar dia.

Baca juga: Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas Guguran Sejauh 1,1 Km ke Hulu Kali Gendol

Heru menarik nafas panjang, matanya memandang langit-langit ruangan. Kedua tangannya mendadak bergetar seiring mulutnya mulai merangkai kata.

Ia menceritakan musibah yang dialami anaknya ketika dirinya sedang bertugas.

Suatu ketika, saat sedang bertugas di pos pengamatan, tiba-tiba istrinya menelepon dan memberitahukan jika anaknya yang masih berusia 3 tahun mengalami kecelakaan terkena air panas. 

Mendapat informasi, serentak Heru kaget dan sangat mengkhawatirkan kondisi putrinya. Namun, ia tidak bisa langsung pulang ke rumah karena sedang piket.

Waktu itu, Heru hanya bisa berpesan agar putrinya segera dibawa kerumah sakit untuk mendapat pertolongan.

"Saya tidak seketika pulang, walau pun kehadiran saya sebagai bapak tentu sangat dibutuhkan. Ya sebagai manusia dan seorang bapak, hati saya berontak waktu itu," ungkap dia.

Ia pun hanya bisa menelepon istrinya setiap jam untuk mengetahui kondisi putrinya itu. Baru setelah selesai piket, Heru bergegas pulang untuk melihat kondisi buah hatinya.

Tak Lebaran dengan keluarga

Pria kelahiran 19 Juni 1964 ini pun sering melewatkan merayakan hari-hari besar bersama keluarga. Di saat masyarakat bergembira, berkumpul bersama keluarga merayakan Lebaran, Heru harus berada di pos pengamatan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com