BANDUNG, KOMPAS.com – Pandangan Yanti (34) tertuju pada hiruk pikuk pelataran Pasar Kosambi. Ada yang sedang memegang gergaji, palu, untuk membentuk meja dagangan.
Ada pula yang tengah memasang tenda, istirahat, atau hanya sekadar mengobrol. Ia sendiri duduk di kursi yang berhadapan dengan meja yang sama, pemberian dari PD Pasar Kota Bandung.
Berbeda dengan meja yang lainnya, meja miliknya sudah terisi barang dagangan. Berupa sandal beragam ukuran dan model untuk anak kecil hingga orang dewasa.
Ia kemudian menghela nafas dan sedikit berpaling ke lantai basement yang hangus dilalap si jago merah, Sabtu (18/5/2019).
“Kami semua sedang berusaha bangkit teh,” ujar Yanti kepada Kompas.com di Pasar Kosambi Bandung, Rabu (29/5/2019).
Baca juga: Jelang Lebaran, Korban Kebakaran Pasar Kosambi Mulai Berjualan
Masih lekat dalam ingatannya, saat melihat kiosnya hangus terbakar. Badannya lunglai dan ambruk. Tulang-tulangnya seolah tak mampu menahan tubuhnya untuk berdiri tegak.
Sumber penghasilannya selama ini hilang begitu saja. Ia berduka berhari-hari. Kemudian ia ikhlaskan semua dan menganggap musibah tersebut sebagai penggugur dosa yang mungkin ia lakukan secara tidak terasa.
Ia kini memulai kembali lembaran baru. Menguras sisa tabungan Rp 10 juta untuk modal berjualan. Ia pun terus menyemangati diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya bahwa semua akan baik-baik saja.
“Lumayan, di hari pertama jualan, dapat Rp 300.000,” ucap ibu dari satu anak tersebut.
Dibanding Ramadan tahun lalu, jumlah itu jauh di bawah. Biasanya saat Ramadan, ia bisa mengantongi Rp 3 juta-4 juta per hari.
Baca juga: Kisah Korban Kebakaran Pasar Kosambi, Rugi Miliaran Rupiah hingga Tunggu Pasar Penampungan
Namun ia tidak ingin berputus asa. Buatnya, hasil Rp 300.000 adalah berkah di hari pertamanya jualan.
Apalagi belum semua warga tahu pedagang Pasar Kosambi kembali berjualan. Jadi wajar kalau jumlah pembeli belum normal.
“Mejanya dari PD Pasar, gratis. Tapi untuk tenda pedagang harus bayar Rp 1,3 juta,” ujar Fitri.
Fitri mengaku beberapa pedagang mengalami kesulitan untuk membeli tenda tersebut. Sebab pedagang tidak memiliki uang sebesar itu. Pedagang pun meminta harga menjadi Rp 1 juta.