PADANG, KOMPAS.com - Menjalankan ibadah puasa di negara asing bukanlah sesuatu yang mudah. Hal ini juga dialami oleh Polisi Wanita (Polwan) asal Padang, Sumatera Barat, Inspektur Satu (Iptu) Rozsa Rezky Febrian, SIK, MH.
Rozsa saat ini menunaikan tugasnya sebagai pasukan khusus perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Haiti.
Ia adalah salah satu dari dua anggota Polwan asal Indonesia yang menjalani tugas di Haiti. Satu orang temannya adalah Kompol Asmida Siregar.
Dua Polwan itu tergabung dalam misi MINUJUSTH (United Nations Mission for Justice Support in Haiti) yang diberangkatkan Polri sejak Maret 2019 lalu.
Sebagai muslim, Polwan yang berhijab yang sedang bertugas melakukan misi perdamaian di Haiti tetap menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Kendati cukup berat, Rozsa tetap menjalaninya.
Kepada Kompas.com melalui sambungan Whatsapp, Rabu (29/5/2019), Rozsa menceritakan suka dukanya menjalani ibadah puasa di Haiti.
"Sangat berat, tapi saya tetap menjalani ibadah puasa," kata Rozsa.
Mantan Kanit PPA Polresta Padang itu bercerita menjalankan ibadah puasa di Haiti sangat berbeda jauh dengan di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Di Haiti, tidak banyak orang memeluk agama Islam.
Di Haiti, dirinya terpaksa sahur dan buka puasa dengan masakan sederhana dan ala kadarnya. Bahkan makanan yang bisa dibeli sangat terbatas, karena ia harus memastikan halal dan kebersihannya terjaga.
Selain itu, atmosfer bulan Ramadhan tidak terasa karena berada di daerah mayoritas Katolik. Bahkan, Rozsa yang tinggal di Port-Au-Prince, ibu kota Haiti, selama bertugas belum menemukan masjid untuk beribadah.
"Untuk sahur sekitar pukul 05.00 waktu Haiti dan kemudian berbukanya pukul 19.10. Puasanya hanya lebih panjang satu jam dibandingkan di Indonesia," kata Rozsa.
Baca juga: Pidato Ridwan Kamil Menginspirasi Delegasi Pertemuan PBB di Kenya
Karena situasi yang berbeda jauh itu, Rozsa kadang-kadang rindu dengan orang tua, suami dan kerabatnya di Indonesia. Ia juga rindu saat santap sahur dan berbuka bersama dengan aneka makanan khas Ramadhan.
"Kangen juga suasana puasa di Indonesia. Kadang teringat bagaimana sahur dan berbuka bersama dengan keluarga. Sekarang, sahur dan berbuka sendirian dengan makanan apa adanya. Namun, semua saya tetap menjalaninya dengan tabah. Demi tugas negara ini," ujar Rozsa.
Ia juga mengaku rindu dengan suasana salat Tarawih dengan kegiatan keagamaan lainnya saat Ramadhan, seperti tadarus dan anak-anak sekolah yang menjalankan pesantren Ramadhan.
"Disini tidak saya jumpai," ujarnya.