Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Kolak Ayam, Warisan Sunan Dalem untuk Persatukan Warga Gresik

Kompas.com - 28/05/2019, 09:08 WIB
Hamzah Arfah,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

GRESIK, KOMPAS.com - Menjelang berakhirnya bulan Ramadhan atau yang akrab disebut maleman, masyarakat di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, tidak hanya disibukkan untuk lebih khusyuk dalam menunaikan ibadah.

Sebagian diantara mereka juga menyempatkan diri untuk melaksanakan tradisi leluhur, yang sudah berlangsung sejak dulu. Salah satunya adalah tradisi pembuatan kolak ayam yang dilakukan warga di Desa Gumeno, Kecamatan Manyar, Gresik.

Tradisi leluhur yang dipelihara hingga sekarang diyakini sebagai warisan dari sesepuh desa, Sunan Dalem, salah satu putra dari Wali Songo, Sunan Giri.

Setiap Ramadhan pada hari ke-22 atau lazim mereka sebut sebagai malem telulikur, warga di Desa Gumeno selalu membuat kolak ayam bersama-sama untuk kemudian dinikmati bersama pula saat buka puasa di masjid yang ada di desa tersebut.

"Sejak kapan mulainya tradisi ini, yang saya tahu itu sudah lama sekali. Kali ini saja peringatan yang ke-494. Pastinya, sejak zaman Sunan Dalem setahu saya, salah satu putra dari Sunan Giri sewaktu beliau masih hidup," ujar Suparno (40), salah satu panitia kepada Kompas.com, Senin (27/5/2019).

Baca juga: Malam Selikuran, Tradisi Unik Keraton Surakarta Sambut Malam Lailatul Qadar

Ia menjelaskan, tradisi ini masih berlangsung hingga sekarang dan masih mendapat antusias dari masyarakat. Selain melestarikan warisan yang ditinggalkan oleh leluhur kampung, juga menambah keakraban warga dalam menjalin silaturrahmi dengan sesama.

"Dengan banyaknya ayam serta pekerjaan yang harus dilakukan, untuk prosesnya sendiri itu sejak kemarin. Mulai dari penyembelihan ayam, menyiapkan bumbu-bumbu, hingga memasaknya hari ini. Termasuk memasak ketan sebagai pelengkapnya juga hari ini," jelasnya.

Masyarakat Desa Gumeno terlihat antusias dalam membantu memasak kolak ayam, hingga penyiapan sajian dan dibungkus bersama paket bungkusan ketan, air mineral, dan kurma.

"Sajian intinya itu ya kolak ayam itu, yang lain seperti ketan, air mineral, serta kurma, itu pelengkap saja. Untuk tahun ini, kami sediakan sekitar 2.600 porsi untuk dinikmati bersama saat buka puasa di halaman masjid," ucap dia.

Suparno mengatakan, untuk dana yang digunakan dalam pembuatan kolak ayam tersebut, berasal dari iuran secara sukarela yang dikumpulkan dari warga Desa Gumeno.

Untuk yang menyumbang Rp 120.000, masih harus menyerahkan ketan dan kelapa kepada panitia. Sementara sumbangan Rp180.000, itu sudah tidak lagi menyerahkan ketan dan kelapa.

Sementara untuk proses memasak hingga penyiapan hidangan untuk buka puasa, dilakukan secara bersama-sama oleh warga, baik tua, remaja, maupun anak-anak di lokasi tidak jauh dari kawasan masjid hingga halaman masjid setempat.

"Ini bantu-bantu bungkus ketan. Ada juga yang bagian masukin air mineral sama kurma ke kantung plastik. Senang, bisa ketemu sama teman-teman juga," kata Dawa Balqis, yang masih duduk di kelas III bangku sekolah dasar.

Bermula dari obat Sunan Dalem

Berdasarkan cerita turun-temurun yang dipercaya oleh warga Desa Gumeno, tradisi pembuatan dan makan bersama kolak ayam, bermula dari obat Sunan Dalem yang tak lain merupakan salah seorang putra dari Sunan Giri, sewaktu beliau sedang mengalami sakit keras waktu itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com