Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Masjid Kuno Godhegan yang Dibangun Prajurit Pangeran Diponegoro di Magetan

Kompas.com - 27/05/2019, 11:51 WIB
Sukoco,
Rachmawati

Tim Redaksi

Selain untuk mengembalikan bentuk asli masjid, pemugaran juga dilakukan untuk mengganti dinding masjid yang terbuat dari kayu nangka yang sudah mulai lapuk. Sementara ciri khas dari Masjid Godhegan, hampir separuh dinding masjid terbuat dari batu bata.

Selain itu, rehab juga dilakukan pada atap masjid dari genting menjadi sirap kayu jati.

"Bentuk aslinya memang begini. Kalau dindingnya pernah dari bambu kemudian rusak dan diganti kayu nangka. Dindingya sudah lapuk sebelum diganti kayu jati,” ucap Kyai Hamid.

Menurut Kyai Hamid, pendiri dan imam Masjid Godhegan pertama kali adalah KH Imam Nawawi. Dia dipercaya sebagai salah satu prajurit pilihan Pangeran Diponegoro yang menyingkir ke timur Gunung Lawu setelah Belanda menangkap Pangeran DIponegoro.

Masjid Godhegan merupakan masjid pertama yang didirikan di bagian selatan Kabupaten Magetan sebagai sarana syiar Islam.

Karena tidak memiliki keturunan, imam Masjid Godhegan diserahkan pada keponakan istri KH Imam Nawawi yang berasal dari Durenan, yakni Kyai Muhammad Sulaiman.

Baca juga: Viral, Seorang Pemulung Terekam Video Rajin Bersedekah di Masjid

Di Masjid Godhegan terdapat pesantren yang memiliki santri dari warga sekitar Dusun Godhegan. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya bangunan segaran yaitu kolam pemandian seluas lebih dari 25 meter persegi yang terletak di sebelah selatan masjid yang digunakan tempat mandi para santri.

Kia Muhammad Sulaiman meninggal di Jeddah saat menunaikan ibadah haji. Karena juga tidak memiliki keturunan, posisi Kiai Muhammad Sulaiman sebagai Imam Masjid digantikan oleh kemenakannya, yakni Kiai Imam Mughni. Dia menjadi imam Masjid Godhegan hingga meninggal pada tahun 1970. Sejak saat itu, Kiai Hamid putra dari Kyai Imam Mughni meneruskan menjadi imam Masjid Godhegan hingga sekarang.

Tradisi Maulid Hingga Terbangan Yang Menghilang.

Masjid Godhegan dulu memiliki beberapa tradisi unik, salah satunya adalah selamatan Maulid Nabi yang dilakukan secara besar besaran. Saat peringatan Maulid Nabi, Masjid Godhegan mengundang para alim ulama untuk membaca shalawat dan barzanji.

Peringatan Maulid Nabi akan dilakukan selama seharian penuh. “ Dalam peringatan Maulid biasanya digelar juga gembrungan atau terbangan mengiringi pembacaan barzanji,” kata Kia Hamid.

Sayangnya, kedua tradisi tersebut saat ini sudah mulai hilang karena tidak adanya regenerasi. Selain itu, pesantren yang ada di Masjid Godhegan juga mulai sepi. Bahkan peralatan terbangan yang terdiri dari gendang dan gembrungan sudah hilang. Gembrungan mirip rebana, namun ukuran diameternya mencapai lebih dari satu meter.

“Kalau naskah barzanji masih ada. Tetapi generasi penerusnya sudah tidak ada. Banyak anak anak muda di Godhegan merantau. Akhirnya hilang tradisi seperti itu,” kata Kyai Hamid.

Penuh dengan Filosofi

Dari salah satu buku koleksi Masjid Godhegan yang berjudul Menelusuri Jejak Pendirian masjid Jami’ Kuno At Taqwa Godhegan, yang ditulis oleh Sapuan Gafar, keturunan dari pendiri Desa Godhegan), dijelaskan jikia bangunan masjid memiliki filosofi.

Bahan dasar pembuatan masjid kayu jati memiliki makna sejatinya hidup. Dijelaskan dalam buku tersebut, orang yang masuk masjid untuk mencari sejatinya hidup, yakni ketaqwaan kepada Allah. Hal itu juga yang menjadi alasan masjid di Godhegan diberi nama At Taqwa.

Sedangkan atap masjid yang terdiri dari dua susun bermakna bahwa secara kultural Masjid At Taqwa Godhegan berada di bawah Masjid Gede Kauman Yogyakarta yang bertingkat 3.

Konon KH Imam Nawai merupakan kerabat keraton yang memilih melanglang ke timur gunung Lawu setelah Pangeran Diponegoro ditawan Belanda.

Di sekeliling masjid dulunya juga ditanami sembilan pohon sawo kecik yang menjadi simbol angka sempurna. Dipilihnya pohon sawo kecik karena pohon tersebut memiliki keistimewaan memiliki akar yang kuat dan cabang yang menjulang ke langit, serta berbuah sepanjang tahun yang dimaknai dengan istiqomah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com