Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Sosok Mbah Arjo, Kakek Berusia 193 Tahun, Temani Presiden Soekarno Ritual hingga Banyak Minum Air Putih

Kompas.com - 25/05/2019, 14:09 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

"Kalau dikait-kaitkan dengan peristiwa zaman dulu soal masa kecil saya, ya saya sudah lupa. Namun, ketika zaman penjajah Jepang, saya sudah beristri yang keenam. Sebab, kelima istri saya itu meninggal dunia sehingga saya menikah lagi dan dapat istri orang Ponorogo, namanya Suminem. Ia meninggal dunia ketika Indonesia merdeka," kata dia saat itu.

Menurut salah satu tokoh masyarakat, Heri Noegroho, Bupati Blitar dua periode 2005-2015, usia Mbah Arjo diduga lebih dari 100 tahun.

"Dulu (saat masih jadi bupati) saya memang sering ke sana dengan naik sepeda motor. Selain ada kepentingan tersendiri dengan Mbah Arjo, juga sekalian ingin mengenalkan destinasi wisata, yakni candi penemuan Mbah Arjo (Candi Wringin Branjang) itu," tutur Heri, Minggu (14/1/2018).

Baca Juga: Naskah Kuno Koleksi Radya Pustaka Jadi Bahan Penelitian Pengunjung dari Luar Negeri

3. Pernah menemani Presiden Soekarno melakukan ritual

Mbah Arjo bercerita, saat zaman perjuangan, ia sering bertemu Bung Karno dan Supriadi, pahlawan Pembela Tanah Air (Peta).

Saat itu, ia masih tinggal di Dusun Sukomulyo, Desa Gadungan. Oleh Bung Karno dan Supriadi, ia disuruh menemani melakukan ritual di lereng Gunung Gedang, yang kini menjadi tempat tinggalnya.

"Saat itu saya sudah tua. Pak Karno dan Pak Supriadi masih jejaka sehingga kalau memanggil saya mbah," ujar Mbah Arjo.

Mereka bertemu pada suatu malam dan Mbah Arjo disuruh menemani ritual di lereng Gunung Kelud itu.

"Kalau ritual, saya hanya duduk di sampingnya sampai terdengar ayam berkokok. Namun, antara Pak Karno dan Pak Supriadi, seingat saya, tak pernah melakukan ritual bersama di sini. Saat itu, saya lupa sedang terjadi peristiwa apa di Indonesia. Namun, sepertinya sebelum kemerdekaan," kata dia.

Menurut Mbah Arjo, saat Bung Karno sering ritual di tempatnya dulu, kondisinya masih hutan belantara, bahkan masih banyak binatang buas. Tempat duduk yang dipakai ritual Bung Karno itu kini berada di dalam gubuknya.

Baca Juga: Mau Menanam Jagung, Sugiyono Temukan Ribuan Koin Kuno Abad 10 M

4. Sosok Mbah Arjo di mata warga usai menemukan candi

IlustrasiThinkstock/Duncan_Andison Ilustrasi

Seperti diketahui, tempat tinggal Mbah Arjo lebih dikenal dengan Candi Wringin Branjang. Candi ini diperkirakan meruapkan peninggalan Kerajaan Majapahit.

Bangunan candi tersebut mirip dengan Candi Penataran itu disebut-disebut ditemukan pertama kali oleh Mbah Arjo pada 1990.

Saat itu, Mbah Arjo yang baru sebulan menghuni lokasi itu menemukan bangunan yang terpendam tanah pegunungan.

Berdasar cerita yang beredar di kalangan masyarakat, usai menemukan candi tersebut, hampir selalu ada tamu yang datang di hari-hari tertentu. Lebih-lebih, setiap malam 1 Suro, menurut Widono, Mbah Arjo selalu kebanjiran tamu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com