Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Kericuhan Lapas Langkat, Dugaan Penganiayaan hingga Napi Kelaparan (2)

Kompas.com - 24/05/2019, 19:41 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Kericuhan terjadi di Lapas Narkotika Langkat, Langkat, Sumatera Utara, pada 16 Mei lalu.

Begitu kabar ratusan narapidana Lapas Langkat kabur, informasi paling santer penyebab kerusuhan berawal dari razia narkoba dan telepon genggam.

Satu narapidana yang biasa dipanggil Ajo, dihadapan teman-temannya tepatnya di depan Blok T5 dipukuli karena diduga memakai narkoba di dalam lapas.

Kepala Kanwilkumham Sumut Dewa Putu Gede kepada wartawan mengatakan, para tahanan tidak terima dengan razia itu lalu mengamuk. Mereka mengejar petugas, melakukan perusakan dan pembakaran.

Dewa langsung mengeluarkan surat edaran untuk mengantisipasi kejadian, isinya supaya tidak melakukan kekerasan terhadap narapidana.

Baca juga: Melihat Kondisi Lapas Langkat Pascakerusuhan 16 Mei (1)

Dewa membantah soal tudingan penganiayaan kepada narapidana. Menurutnya, saat razia tersebut, napi yang dicurigai lari dan terjatuh.

Razia dilakukan karena sudah empat kali ditemukan narkoba di dalam lapas. 

Soal pungutan liar, peredaran narkoba, penggunan telepon genggam atau perlakukan petugas lapas, pihaknya sedang menginvestigasi kebenarannya.

Dewa menegaskan, semua pihak yang terbukti terlibat dan melakukan tindakan melawan hukum baik petugas maupun warga binaan, sesuai instruksi Menkumham Yasonna akan ditindak tegas. Untuk warga binan, sanksi pastinya adalah tak mendapat remisi.

Terkait alasan menonaktifkan Kalapas Bakhtiar Sitepu dan Kepala Trantib-nya, Dewa bilang, sesuai tuntutan warga binaan. Termasuk istri Bakhtiar yang selama ini bertugas di Lapas Pemuda, Langkat.

Alasan lain adalah keamanan. Pasalnya, berdasarkan Undang-undang Pemasyarakat Nomor 12 tahun 1995 menyatakan, orang yang paling bertanggung jawab terhadap keamanan lapas adalah kalapas. 

"Untuk sementara dinonaktifkan, juga untuk memperlancar pemeriksaan yang dilakukan Kemenkumham," pungkas Dewa.

21 tuntutan napi

Kepada Kadiv Administrasi Indah Rahayu Ningsih dan Kadiv Imigrasi Icon Siregar, para napi juga menyampaikan 21 tuntutan, diantaranya perlakukan sipir dan penghapusan pungli.

Indah mengatakan, pihaknya menindak tegas petugas yang main kasar kepada tahanan karena Kemenkumham serius melayani warga binaan.

Baca juga: Pascakericuhan, Kepala Lapas Narkotika Langkat Dicopot, Seluruh Pegawai Diganti

Petugas Lapas yang hampir seluruhnya orang baru dari Kanwilkumham Sumut di ruang tunggu yang tak berkaca jendela KOMPAS.com/MEI LEANDHA Petugas Lapas yang hampir seluruhnya orang baru dari Kanwilkumham Sumut di ruang tunggu yang tak berkaca jendela

Kesaksian warga: lapar mereka

Suara riuh dan ramai tiba-tiba memecah siang. Adik ipar Butet yang baru sampai dari Pekanbaru bertanya kepada mertuanya suara berisik apa itu.

Sang mertua yang rumahnya tepat di samping Lapas Narkotika Langkat menjawab itu biasa, suara orang dipenjara.

Hitungan menit, kehebohan pecah, ratusan narapidana membobol pintu Lapas. Ada yang melempari batu, menjerit dan marah, sebagian berlari mendatangi rumah-rumah warga. Sigap, ditutupinya pintu dan jendela. 

"Mukanya sangar-sangar, takut jadi sasaran pelampiasan. Kedengaran suara kaca berpecahan dan teriakan bakar, bakar. Ku intip, berserakan napi di halaman lapas," kata perempuan berambut sebahu itu.

Mereka yang masuk ke kawasan permukiman, memborong sate yang dijual warga. Sebagian langsung melahapnya, sebagian memilih dibungkus untuk santapan berbuka puasa.

"Udah makan sate, baru aman orang itu, lapar ku rasa. Cari makanan aja, siap itu balik lagi orang itu digiring polisi. Banyak kali duitnya, merah-merah. Beli sate sampai empat bungkus, lima bungkus satu orang. Makan enak kata orang itu," timpal Butet, Jumat siang.

Tak hanya sate yang habis empat gerobak, mangga dan jambu yang tumbuh di pekarangan rumah warga pun jadi sasaran.

Menurut ibu-ibu yang sedang berkumpul membuat penganan saat didatangi Kompas.com, para tahanan itu tidak ada yang merusuhi warga. Mereka baik-baik mendatangi warga dan berulang kali mengatakan tidak usah takut dengan mereka.

"Awalnya kami takut-takut, takut dilempari karena polisi aja mereka lempari. Asal didekati, lari kami. Terus kata orang itu, 'Jangan takut kami gak jahat, kami cuma nyari yang mukulin kawan kami, kalau dapat kami masuk lagi.' Ya udah, kami pun jadi biasa aja, tiap rumah diperiksa orang itu. Kalo mereka rasa ada yang menyembunyikan, disuruh keluar. Rupanya petugas yang keras-keras itu lari, udah pada kabur semua," cerita Butet. 

"Kami kan manusia, jangan dibuat begitu. Sampai ampun-ampun kawan kami itu dipukuli. Katanya, yang dicari itu 13 apa 14 orang sama kalapas juga," sambungnya. 

Tapi orang yang dicari tidak ditemukan. Ditanya apakah Butet mengetahui petugas yang dicari massa, dia mengaku mengetahui dan sudah lebih dulu diselamatkan. Dikatakannya, petugas yang dicari itu mengendarai sepeda motor.

"Yang dicari itu pakek kereta (motor). Semalam itu dirondokkan (sembunyikan) di sana, dekat rumah kami. Tahunya dia jadi sasaran, makanya lari dia," imbuhnya. 

Setelah menghabiskan makanan, semua narapidana kembali masuk ke dalam lapas. Tidak ada yang melarikan diri. Kalaupun ada yang kabur, tidak melalui rumah-rumah warga. Mereka menerobos kebun-kebun sawit dan rawa-rawa yang mengelilingi kawasan Desa Cempa. Ke arah Lapas Pemuda yang berada di belakang Lapas Narkotika. 

"Dari sini gak ada yang lari karena langsung dikawal polisi," sebutnya.

Butet mengatakan, sewaktu lapas baru dibuka, pernah lari enam orang narapidana. Kembali ditanya apakah kalapas yang baru saja diganti sering menemui warga untuk beramah-tamah, para ibu-ibu yang ramah-ramah itu menggeleng. 

"Gak tau kami yang mana Kalapasnya, udah dua tahun dia di sini. Sombongnya luar biasa. Kalau yang lama, enak kali orangnya. Sering jumpa, awak pesta aja pun dia datang. Duduk di warung depan itu aja tak pernah, kalo keluar dari lapas buka kaca mobilnya aja gak pernah," ujar Butet.

"Sombong kali, istrinya pun gitu. Dulu orang-orang sini, waktu masa kalapas lama, makanan-minuman bebas masuk. Ini gak boleh lagi, dia sendiri (istri kalapas) yang jualan. Padahal katanya di dalam gak boleh jualan pulsa, sementara dia jualan pulsa. Berarti hape-pun sembarangan di situ, itulah yang dimarahin menteri semalam," kata Butet. 

Butet mengatakan, tak semia narapidana yang mendatangi rumah warga adalah laki-laki. 

"Cantik-cantik orangnya, muda-muda, banyak duitnya. Rata-rata petugas lapas itu pun, pas dites urin, positiflah semua. Gak adalah yang bersih namanya penjara, kalok gak, mana mungkin kaya-kaya orang itu," ujar perempuan yang mengaku boru Siahaan itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com