Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selundupkan Ribuan Benih Lobster, Pemilik Melarikan Diri dengan Lompat ke Air

Kompas.com - 24/05/2019, 15:06 WIB
Idon Tanjung,
Rachmawati

Tim Redaksi

PEKANBARU, KOMPAS.com - Pemilik benih lobster melarikan diri dengan cara melompat ke air dari atas kapal saat Direktorat Polairud Polda Riau dan Mabes Polri akan menangkapnya di wilayah Dumai, Riau.

Direktur Polairud Polda Riau Kombes Pol Badarudin mengatakan, kapal penyelundup benih lobster ditangkap pada Kamis (23/5/2019) sekitar pukul 14.00 WIB di perairan Sungai Raja, Dumai.

"Awalnya kapal Polairud dan Mabes Polri melakukan patroli pengawasan di perairan Sungai Raja, Dumai. Lalu memergoki sebuah kapal tanpa nama yang membawa bibit lobster," kata Badarudin dalam konferensi pers di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Pekanbaru, Jumat (12/5/2019).

Baca juga: Menteri Susi Pimpin Pelepasliaran Benih Lobster Ilegal Senilai Rp 37 Miliar

Setelah didekati petugas, lanjut dia, salah satu pelaku lompat ke air dan berhasil melarikan diri. Sementara satu orang tersangka lainnya berhasil ditangkap, yakni AM alias Ijal (35).

"Tersangka AM alias Ijal merupakan narkoda kapal tanpa nama. Pemilik lobster berhasil kabur dengan lompat ke laut. Identitasnya sudah kita ketahui yakni berinisial MS alias Sidik," kata Badarudin.

Dia mengatakan, dari kapal pelaku ditemukan benih lobster di dalam 6 boks berisi 27 kantong plastik dan 9 boks berisi 25 kantong plastik. Satu kantong berisi lebih kurang lebih 200 ekor bibit lobster. Total ada 77.000 ekor bibit lobster yang diamankan dari atas kapal.

Menurut pengakuan AM, benih lobster tersebut akan diselundupkan ke Malaysia.

"Mereka akan menyelundupkan bibit lobster ke Malaysia dengan transaksi di tengah laut," sebut Badarudin.

Dia mengatakan, benih lobster yang akan diselundupkan ini terbagi dua jenis, yakni jenis lobster pasir dan lobster mutiara yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

"Lobster jenis pasir harganya Rp150.000 per ekor dan jenis mutiara Rp 200.000 per ekor," jelas Badarudin.

Baca juga: Penyelundupan Benih Lobster Senilai Rp 37 Miliar di Jambi Digagalkan

Benih lobster yang akan diselundupkan ini, tambah dia, dapat merugikan negara sekitar Rp11,5 miliar.

Menurut pelakuan AM, ia baru sekali menyelundupkan benih lobster tersebut dan ia batu diupah setelah barang terjual.

"Tersangka mengaku akan diupah, tapi setelah barang dijual. Belum disepakati berapa juga upahnya. Kasus ini juga sedang kami kembangkan untuk mengetahui apakah ini sindikat atau perorangan," sebut Badarudin.

Menurutnya, kasus penyelundupan lobster saat ini menjadi tren karena benih lobster memiliki nilai jual yang tinggi.

"Kapal kita ada beberapa titik rawan penyelundupan di laut. Dan juga termasuk kapal Mabes Polri," kata Badarudin.

Sementara itu, Kepala Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Pekanbaru, Eko Sulistyanto mengatakan penyelundupan yang dilakukan para pelaku adalah modus baru.

"Kemungkinan ini modus baru. Ini di luar prediksi kami. Biasanya penyelundupan benih lobster dilakukan dari Jambi ke Dumai, lalu dibawa keThailand melalui jalur laut. Tapi kali ini akan diselundupkan ke Malaysia. Kami juga akan mendalami apakah mereka ini satu jaringan atau tidak," ucap Eko

Dia mengucapkan terima kasih kepada pihak kepolisian, Dit Polairud Polda Riau, dan Mabes Polri yang berhasil menggagalkan penyelundupan benih lobster.

Selanjutnya, kata Eko, seluruh benih lobster akan dibawa ke Yogyakarta untuk dilepasliarkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com