Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mbah Arjo, Manusia Tertua di Indonesia yang Meninggal Usia 193 Tahun, Mengaku Pernah Temani Soekarno Ritual

Kompas.com - 24/05/2019, 07:05 WIB
Rachmawati

Penulis

"Kalau dikait-kaitkan dengan peristiwa zaman dulu soal masa kecil saya, ya saya sudah lupa. Namun, ketika zaman penjajah Jepang, saya sudah beristri yang keenam. Sebab, kelima istri saya itu meninggal dunia sehingga saya menikah lagi dan dapat istri orang Ponorogo, namanya Suminem. Ia meninggal dunia ketika Indonesia merdeka," paparnya.

Sebanyak enam kali menikah itu, ia mengatakan dikaruniai 18 anak.

Namun, 17 anaknya sudah meninggal dunia dan tinggal satu orang, yakni Ginem yang hidup bersamanya dan mengalami keterbelakangan mental.

Baca juga: 5 Fakta di Bangunan Kuno di Lamongan, Erat dengan Raja Airlangga hingga Terkenal Angker

Widodo, Kades Gadungan, menuturkan sebelum tinggal di kompleks Candi Wringi Branjang, Mbah Arjo tinggal di desanya. Namun, sejak menemukan candi itu, ia memilih tinggal di situ dan mendirikan gubuk.

"Data di kependudukan desa kami, Mbah Arjo tercatat kelahiran Desa Gadungan pada 19 Januari 1825. Data pendukungnya, ya enggak ada. Cuma, kakek saya Mbah Mawiro Pradio yang kelahiran 1918 saja, memangil Mbah Arjo itu kakek. Berarti bisa dibayangkan, kalau Mbah Arjo sudah sangat tua. Mbah saya itu baru meninggal tahun 1990," ungkap Widodo yang usianya baru 48.

Entah kelebihan apa yang dimiliki Mbah Arjo karena setelah menemukan candi itu dan tinggal di dekat candi itu, hampir selalu ada tamu yang datang di hari-hari tertentu.

Lebih-lebih, setiap malam 1 Suro, menurut Widono, Mbah Arjo selalu kebanjiran tamu. Tak hanya dari Blitar, tetapi dari sejumlah daerah, seperti Yogyakarta, Ponorogo, Pacitan, bahkan Jakarta.

Mereka melakukan ritual melekan di gubuk Mbah Arjo.

"Biasanya para tamu lapor ke desa, bahkan perangkat kami sering kali yang mengantar tamu-tamunya Mbah Arjo. Kalau ada melekan 1 Suro, malah kami yang meminjami genset karena tempat tinggalnya belum terjangkau listrik," tuturnya.

Bahkan, tamunya tak hanya kalangan orang biasa. Tak sedikit para pengusaha dan para pejabat.

Salah satunya tamu Mbah Arjo adalah Heri Noegroho, Bupati Blitar dua periode 2005-2015. Meski tamunya banyak orang berduit, kehidupan Mbah Arjo tetap sederhana.

Baca juga: Mau Menanam Jagung, Sugiyono Temukan Ribuan Koin Kuno Abad 10 M

Buktinya, ia tak mampu membeli beras sehingga sering tak makan.

"Bahkan, saya tahu sendiri, pernah diberi uang oleh seorang pejabat yang dibantunya. Namun, Mbah Arjo tak mau. Malah si pejabat itu diberi uang dollar yang bentuknya masih baru dan asli. Oleh pejabat dollar itu diterimanya," tutur Widodo.

Heri Noegroho mengaku mengenal Mbah Arjo dengan bak dan ia kagum dengan kesederhanan Mbah Arjo.

"Dulu (saat masih jadi bupati) saya memang sering ke sana dengan naik sepeda motor.

Selain ada kepentingan tersendiri dengan Mbah Arjo juga sekalian ingin mengenalkan destinasi wisata, yakni candi penemuan Mbah Arjo (Candi Wringin Branjang) itu," tuturnya, Minggu (14/1/2018).

Soal usia Mbah Arjo, Heri Neogroho mengaku tak tahu pasti. Namun, ia yakin Mbah Arjo sudah berusia 100 tahun lebih.

Dari sosok Mbah Arjo, Heri mengaku banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik. Selain sederhana, ia bisa bertahan hidup di lereng pegunungan dengan makanan yang ada.

"Mungkin dengan kondisinya seperti itu, ia jadi awet hidup karena tak berpikiran macam-macam," ujarnya.

Mbah Arjo mengaku telah mengalami Gunung Kelud meletus sebanyak enam kali. Namun, ia lupa detail tahunnya. Ia hanya mengingat letusan yang paling dashyat pada 1990. Saat itu dirinya sudah tinggal di lereng gunung tersebut.

Baca juga: Jokowi Bagikan 2.500 Sertifikat Tanah di Blitar

Saat Gunung Kelud meletus, ia tak mau dievakuasi dan tetap tinggal di gubuknya itu bersama anaknya.

"Padahal, saat itu ketebalan abu di desa kami saja sampai 1 meter. Namun, ketika mau dievakuasi, Mbah Arjo enggak mau. Malah bilang, 'Saya enggak usah dievakuasi karena saya sudah kenal semua dan teman saya di sini banyak.' Padahal, di gubuknya itu ia hanya tinggal berdua dengan anaknya. Namun, katanya temannya banyak," papar Widodo.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com