LEBAK, KOMPAS.com — Banjir bandang menerjang empat kecamatan di Kabupaten Lebak, Rabu (23/5/2019). Setidaknya 56 rumah rusak dan tiga jembatan penghubung antarkampung dan desa putus.
Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya, saat meninjau lokasi banjir bandang, menyebut banjir bandang terjadi di lima titik, paling parah di Kampung Cibeurih, Desa Margaluyu, Kecamatan Sajira.
"Di sini 90 KK terdampak, 50 rumah rusak berat dan hanyut," kata Iti kepada wartawan di lokasi banjir, Kamis (23/5/2019).
Baca juga: Banjir Bandang Terjang Lebak, Empat Kecamatan Terdampak
Selain itu, banjir juga menerjang sejumlah desa di Kecamatan Muncang, Cimarga, Leuwidamar, dan Sobang.
Selain rumah penduduk, banjir juga merusak fasilitas umum, seperti masjid, pondok pesantren, sekolah, dan jembatan. Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak, ada tiga jembatan putus.
"Alhamdulillah tidak ada korban jiwa," kata Iti.
Kepada korban banjir, Pemerintah Kabupaten Lebak dan BPBD, kata Iti, sudah menyalurkan bantuan berupa keperluan dasar yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Sementara keluarga yang rumahnya rusak saat ini masih diungsikan di rumah tetangga dan kerabat.
Iti mengatakan, pihaknya sudah membentuk tim untuk menghitung berapa banyak dampak kerusakan sehingga memudahkan pemerintah dalam memberikan bantuan ke depannya.
Baca juga: Tiga Motor Hanyut Diterjang Banjir Bandang di Karawang
Iti mengatakan, banjir bandang yang melanda wilayah tengah Kabupaten Lebak ini merupakan yang terparah dalam 50 tahun terakhir. Sebelumnya, banjir hanya berupa luapan air, tapi tidak sampai merusak rumah.
Banjir kali ini, kata Iti, berasal dari aliran air Sungai Cibeurih dan Cilaki yang hulunya berada di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
"Artinya kan ada human error yang tidak kami ketahui. Maka, kami akan koordinasi dengan pihak TNGHS jika ada penggundulan hutan agar tidak terjadi banjir dan bencana susulan di Lebak," kata dia.