Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Janggelan, "Si Hitam" yang Selalu Dicari untuk Berbuka Puasa

Kompas.com - 23/05/2019, 11:36 WIB
Sukoco,
Rachmawati

Tim Redaksi

MAGETAN, KOMPAS.com - Cincau hitam atau janggelan selalu dicari saat masuk bulan Ramadhan. Dengan tambahan es dan gula, janggelan menjadi minuman istimewa Saat berbuka puasa.

Salah satu pembuat cincau hitam yang terkenal adalah Sumarni (63), warga Dusun Jetak Desa Tanjung Sari Kabupaten Magetan Jawa Timur.

Janggelan buatan Sumarni bukan hanya dikonsumsi masyarakat Magetan, namun juga dikirim ke Ponorogo, Madiun, Ngawi, Solo, Yogyakarta hingga Klaten.

Kompas.com mencoba melihat pabrik pembuatan janggelan milik Sumarni. Lagu langgam campur sari sayup diputar dari pabrik janggelan yang terbuat dari anyaman bambu, Rabu (22/5/2019) siang.

Sejumlah pekerja terlihat sibuk di tiga tungku panas yang digunakan untuk memasak janggelan yang masih berbentuk cair.

Baca juga: Pemkab Magetan Sediakan Lahan Parkir Gratis bagi Pemudik Lebaran Bermobil

Janggelan cair yang berwarna hitam dan masih panas itu memenuhi bak putih setinggi 50 cm saat keran yang terhubung dengan panci besar setinggi dua meter tersebut dibuka.

Supardi, salah satu pekerja dengan cekatan mengganti ember yang penuh lalu dipindahkan ke tengah ruangan untuk didinginkan.

Ia mengaku sudah tiga tahun terakhir bekerja sebagai pembuat janggelan di pabrik milik Sumarni. Selama memasuki bulan Ramadhan permintaan janggelan ditempatnya meningkat dratis.

Saat hari biasa, pabrik janggelan milik Sumarni hanya mmeperkerjakan empat orang. Namun jumlahnya akan bertambah dua kali lipat saat bulan puasa.

“Subuh itu sudah mulai manasin di tungku pertama. Selesainya kadang tengah malam,” ujarnya Supardi.

Untuk membuat janggelan harus melewati beberapa tahap. Yang pertama, pekerja memotong bahan baku utama yaitu daun janggelan yang telah dikeringkan. Lalu potongan janggelan tersebut dimasak di tungku bejana yang berukuran dua meter dan bisa menampung 100 kilogram daun janggelan yang sudah dipotong.

Untuk memasak janggelan tahap pertama dibutuhkan waktu sekitar lima jam. Lalu air rebusan janggelan disaring dan ditiriskan.

Baca juga: Ribuan Ikan di Magetan Mati, Diduga Sungai Tercemar Limbah Pabrik Tahu

Air rebusan janggelan tersebut kemudian di masak lagi di dalam bejana yang ukurannya lebih kecil dengan suhu yang lebih tinggi. Pabrik janggelan milik Sumarni sampai saat ini masih menggunakan kayu bakar. Ia beralasan memasak dengan menggunakan kayu akan menghasilkan panas yang lebih stabil.

“Di tungku dua nggak lama. Paling setengah jam sudah masak,” imbuh Supardi.

Dari tungku kedua, cairan janggelan yang sudah masak akan dipindah ke tungku ke tiga. Di tungku ini, cairan janggelan diaduk dengan campuran tepung terigu dan terus masak dengan suhu mencapai 100 derajat celcius.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com