Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Target Golkar Tak Tercapai, Posisi Airlangga Diperdebatkan

Kompas.com - 23/05/2019, 00:31 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com - Pencapaian jumlah kursi Golkar di DPR RI pada Pemilihan Legislatif 2019 ini memunculkan diskursus soal kepemimpinan Airlangga.

Satu kader Golkar mempertanyakan kemampuan Airlangga dalam memimpin partai. Namun kader lainnya mengapresiasi Airlangga karena mampu menyelamatkan Golkar dari risiko keterpurukan. 

Mantan ketua Badan Pemenangan Pemilu Golkar Wilayah Timur Azis Samual meminta Ketua Umum Golkar Airlangga Hartanto bertanggung jawab karena perolehan kursi Golkar pada Pemilihan Legislatif 2019 tidak sesuai target.

"Target awal, Golkar harus mencapai 110 kursi di DPR RI. Tapi ini jauh, kami hanya duduk di posisi ketiga dengan perolehan kursi 85," kata Azis kepada Kompas.com melalui keterangan tertulis, Rabu (22/5/2019).

Menurut Azis, tak tercapainya target perolehan kursi di DPR RI menunjukkan bahwa Airlangga belum bisa memajukan Golkar. Dengan demikian, ia layak diminta pertanggungjawaban.

"Dan harus mundur," kata pria yang pernah menjadi Plt ketua DPD I Golkar Papua tersebut.

Menurut Azis, berdasarkan rekapitulasi Pemilu 2019, Partai Golkar hanya berada di posisi ketiga dengan perolehan suara 17.229.789 atau 12,31 persen.

Baca juga: Golkar Klaim Raih Posisi 2 dalam Pileg 2019 Berdasarkan Perolehan Kursi

Kata Azis, Airlangga sebelumnya optimistis Golkar bisa bersaing dengan PDI-P. Namun kenyataannya gagal. Golkar malah disalip Gerindra.

Pada 2014 lalu, Golkar meraih 91 kursi. Setidaknya, kata Azis, pada Pileg 2019, Golkar mempertahankan jumlah kursi.

Namun kenyataannya, kata dia, jangankan menyamai pencapai jumlah kursi pada 2014, untuk mengejar target survei 16 persen saat Golkar dipimpin Setya Novanto pun gagal. Golkar hanya meraih 12,31 persen.

Padahal, kata Azis, pada Pileg tahun ini total jumlah kursi di DPR bertambah dari 560 menjadi 575. Namun kursi yang didapat Golkar tahun ini malah menurun, hanya 85.

Mestinya, kata dia, penambahan jumlah kursi nasional menjadi kesempatan bagi Golkar menambah kursi di DPR.

"Ini artinya ketua umum tak mampu," kata Azis.

Dia juga mendesak Sekretaris Jenderal Golkar Lodewijk untuk mundur karena dianggap tak mampu membawa Golkar ke arah lebih maju.

Selamatkan partai

Pendapat berbeda disampaikan Ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi. Sebelumnya, Dedi menilai, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto mampu menyelamatkan partai berlambang pohon beringin ini dari risiko keterpurukan.

Sebab, kata Dedi, Airlangga dianggap mampu mempertahankan posisi Golkar di urutan kedua peraihan kursi DPR setelah PDI-P.

Dedi menyebutkan, berdasarkan data internal Partai Golkar dari hasil pleno KPU 34 provinsi (80 dapil), Golkar meraih 85 suara dan berada di posisi kedua setelah PDI-P dengan 128 kursi di DPR.

Lalu posisi ketiga didapat Partai Gerindra dengan 78 kursi. Sementara Nasdem berada di urutan keempat dengan perolehan 59 kursi dan PKB urutan kelima dengan 58 kursi di Senayan. 

Baca juga: Dedi Mulyadi: Airlangga Selamatkan Golkar dari Risiko Keterpurukan

Saat ini, Golkar beberapa kali diterpa badai, mulai ancaman terbelah dua hingga masalah hukum yang menimpa ketua umum sebelumnya, Setya Novanto. Selain itu, terjadi beberapa kali musibah hukum yang dialami elite Partai Golkar. Namun Airlangga dianggap berhasil membawa Golkar keluar dari masa sulit.

"Ditambah pemilu tahun ini berat. Pilpres tidak memberi efek elektoral pada Golkar. Namun cara-cara ketua umum dalam menyelamatkan Golkar sudah berhasil," tandas mantan bupati Purwakarta dua periode ini.

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com