PURBALINGGA, KOMPAS.com - Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Banyumas bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) Purbalingga berhasil menelusuri gudang pengepul kerupuk canthir yang positif mengandung Rhodamin B atau pewarna tekstil, Selasa (21/5/2019).
Gudang kerupuk berbahaya tersebut berada di Desa Karangkemiri, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, Jawa Tengah.
Pengawas Farmasi dan Makanan pada BPOM Banyumas, Gaung Ranggatama mengatakan, pihaknya menelusuri peredaran produk tersebut karena banyak laporan dari masyarakat.
Dari hasil uji klinis, seluruh produk kerupuk canthir di gudang tersebut positif mengandung Rhodamin B.
Baca juga: Makanan Berformalin dan Pewarna Tekstil Ditemukan di Pasar Tradisional Purwokerto
“Memang tidak murni Rhodamin B, ada campuran pewarna makanan juga, jadi produsen mencampur pewarna tekstil dengan pewarna makanan di dalam adonan kerupuk canthir itu,” katanya.
Saat diperiksa, pemilik gudang mengungkapkan jika kerupuk canthir tersebut merupakan produksi Lampung. Dia berperan sebagai pengepul dan mendistribusikan ke pasar-pasar tradisional area Purbalingga terutama di Pasar Bobotsari.
“Karena baru pertama kali jadi tidak kami proses secara hukum, kami menyarankan kepada pemilik gudang untuk mengembalikan ke produsen di Lampung,” jelas Gaung.
Baca juga: Di Pasar Purbalingga, Ditemukan Cendol dan Kerupuk Mengandung Pewarna Tekstil
Sekretaris Dinkes Purbalingga, Umar Fauzi akan mengoptimalkan pengawasan dan sosialisasi kepada para pengepul agar tidak lagi mengambil produk kerupuk dari produsen yang terbukti menggunakan bahan berbahaya dalam adonan.
“Karena baru pertama kali ini kita berikan upaya-upaya yang sifatnya pembinaan dulu kepada penjual kerupuk ini. Apabila kedepannya pengepul ini masih tetap menjual kerupuk canthir yang mengandung Rhodamin B maka akan ditindaklanjuti secara hukum sesuai dengan amanat UU No 18 Tahun 2012 tentang Pangan,” tegasnya.
Saat ditanya wartawan, pemilik gudang kerupuk canthir, Sri Purwatiningsih (46) mengaku mulai mengepul dan menjual kerupuk canthir dari Lampung tersebut sejak tiga bulan lalu. Kerupuk tersebut lalu disimpan dan dikemas dalam bal sebelum didistribusikan ke pengecer di pasar.
“Dari Lampung dibawa kesini pakai truk, satu truk sekali angkut bisa muat tiga ton kerupuk, kemudian kami satukan dan simpan, selanjutnya dijual ke Pasar Bobotsari. Satu bal kerupuk dijual Rp 65 ribu atau 12 ribu per kilogram,” terangnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.