Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hilang Selama 20 Tahun, Pria Asal Garut Ditemukan Berkat Bantuan Google Translate

Kompas.com - 22/05/2019, 07:00 WIB
Muhlis Al Alawi,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

Bima menjelaskan, mulanya keluarganya tidak yakin bahwa Agus yang ditemukan terlantar di Kota Madiun merupakan sosok Agus yang hilang sejak 20 tahun lalu.

Pasalnya, Agus yang dahulu dengan sekarang jauh berbeda.

“Kalau dahulu Agus agak gemukan sekarang menjadi kurusan dan lebih hitam,” ungkap Bima.

Bima mengungkapkan Agus merupakan anak dari tokoh di Desa Sindang Suka. Agus merupakan satu-satunya anak lelaki Abah Owi. Abah Owi merupakan salah satu anjengan atau kiai.

Kemudian setelah hilang, ibunya berpikir hingga sakit, sedangkan ayahnya meninggal.

Sebelum hilang, Agus yang mengalami gangguan jiwa dibawa ke pesantren yang merehabilitasi orang gangguan jiwa di Yogyakarta. Setelah direhabilitasi, kondisi Agus diperkirakan sudah membaik pada saat hendak Lebaran dan diarahkan untuk pulang.

Lalu Agus diantar pulang ke Terminal Jogja. Namun, saat itu Agus tidak sampai rumah. Keluarganya sempat mencari hingga lima tahunan, tapi tidak menemukan keberadaan Agus.

Keluarga sudah berusaha mencari kemana-kemana bahkan lapor polisi.

“Informasinya sebelum mengalami depresi, Agus menjadi tumpuan harapan bapaknya agar bisa melanjutkan tongkat kepemimpinan bapaknya. Diharapkan menjadi ustadz,” kata Bima.

Ditanya kemana saja 20 tahun Agus berkelana, Bima mengatakan tidak mengetahui pasti lantaran terkendala bahasa.

Hanya saja umumnya, orang yang mengalami gangguan jiwa hidupnya menggelandang.

“Kalau saya melihat kondisi Agus, tidak ada penolakan saat diberikan obat. Dengan demikian ada kemungkinan Agus pernah dirawat di RSJ,” ujar Bima.

Pengobatan

Menurut informasi dari keluarganya, jelas Bima, sakitnya Agus sudah lama menderita gangguan jiwa. Agus berperilaku temperamental sejak usai 20 tahunan. Keluarganya juga mencari solusi lantaran pengobatan jiwa tidak mudah seperti saat ini.

“Dahulu belum ada BPJS, sehingga kesulitan mau mengakses fasilitas kesehatan gratis. Akhirnya keluarga membawa Agus ke pondok pesantren yang menangani depresi,” ungkap Bima. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com