Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejak 1928, Ada Tradisi Dentuman Meriam Penanda Berbuka di Rangkasbitung

Kompas.com - 20/05/2019, 05:00 WIB
Acep Nazmudin,
Rachmawati

Tim Redaksi

LEBAK, KOMPAS.com - Rangkasbitung, ibu kota Kabupaten Lebak di Provinsi Banten punya cara unik untuk menandakan waktu buka puasa, yakni dengan membunyikan meriam. Bukan hanya satu, tapi dua buah meriam sekaligus.

Dentuman suara meriam adalah hal yang paling ditunggu oleh masyarakat Rangkasbitung. Beberapa menit sebelum berbuka puasa, warga berkumpul di Masjid Agung Al-Aaraf untuk menunggu buka puasa sambil menyaksikan momen meriam diledakan.

Tradisi yang tidak biasa ini sudah berjalan sejak lama dan menjadi ciri khas Rangkasbitung, dan disebut satu-satunya yang ada di Banten.

Baca juga: Azan Pitu, Tradisi Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon Sejak Zaman Wali Sanga

Muazin Masjid Agung Al-Aaraf, Ocong (56) mengatakan, berdasarkan cerita dari pengurus masjid sebelumnya, tradisi ini sudah dilakukan sejak Masjid Agung Al-Aaraf Rangkasbitung berdiri atau sekitar tahun 1928.

"Saya sudah 16 kali Ramadhan mengurus meriam dan jadi generasi ke delapan," kata Ocong kepada Kompas.com di Masjid Agung Al-Aaraf Rangkasbitung, Minggu (19/5/2019).

Sebelumnya meriam yang digunakan hanya satu buah. Warga menyebutnya sebagai meriam Jagur lantaran saat dibunyikan berdentum keras atau dalam bahasa setempat disebut ngajelegur.

Meriam Si Jagur, kata Ocong, merupakan merupakan meriam peninggalan Belanda yang berdiameter besar dan berwarna keemasan. Saat dibunyikan, dentumannya terdengar hingga radius 10 kilometer. Tapi kini, meriam si Jagur sudah tidak ada dan digantikan dengan yang meriam baru.

"Sudah puluhan tahun pakai yang besi. Dengar-dengar si Jagur sudah dipindah ke museum di Jakarta," kata dia.

Baca juga: Asyiknya Ngabuburit Sambil Menikmati Sunset di Benteng Keraton Buton

Dua meriam besi yang kini digunakan adalah buatan pengurus masjid Agung Al-Aaraf. Satu meriam bekas tiang listrik yang dimodifikasi sedemikian rupa hingga menyerupai meriam dan satu lagi berasal dari Krakatau Steel.

Walaupun tidak sehebat si Jagur, dentuman meriam baru tidak kalah keras dan bisa dengar sampai radius 2 kilometer. Selain penanda buka puasa, meriam juga dibunyikan saat imsak.

"Kalau saat imsak bisa sampai lima kilometer, karena tidak banyak suara yang menggangu," kata dia.

Bukan perkara mudah untuk membunyikan kedua buah meriam tersebut. Persiapan dilakukan setengah jam sebelum berbuka puasa. Penyulut meriamjuga harus dilakukan dua orang yang telah ahli.

"Alat yang dibutuhkan hanya karbit dan air saja, tapi takarannya harus pas. Jika kurang atau lebih, bisa gagal bunyi," kata dia.

Bunyi meriam di Masjid Agung Al-Aaraf Rangkasbitung bukan  hanya sekedar penanda waktu, tapi juga menjadi daya tarik dan atraksi wisata bagi warga Rangkasbitung dan sekitarnya.

Baca juga: Serunya Ngabuburit di Alun-alun Purwokerto Sambil Menggambar dengan Media Barang Bekas

Salah satu warga yang datang untuk menyaksikan atraksi meriam adalah Ema (32) dan keluarganya yang  berasal dari Warunggunung yang berjarak 10 kilometer dari Rangkasbitung.

Ema mengaku sengaja datang lantaran ingin mengenang masa kecilnya.

"Dulu saya tinggal di dekat masjid ini, sering menunggu suara meriam saat berbuka puasa, sekarang semacam nostalgia lah," kata Ema.

Warga yang sengaja datang untuk menunggu suara dentuman meriam biasanya berkumpul di Alun-alun Rangkasbitung yang tepat berada di depan Masjid Agung Al-Aaraf. Dari alun-alun, suara meriam terdengar jelas.

Saat meriam berbunyi, warga akan bersorak sorai dan mulai menyantap hidangan berbuka puasa yang sudah dipersiapkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com