Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak dengan Sistem Imun Lemah Rentan Terkena Monkeypox

Kompas.com - 17/05/2019, 21:45 WIB
Agie Permadi,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Djatnika Setiabudi mengatakan, anak-anak yang memilki sistem imun yang lemah, lebih rentan terkena cacar monyet atau monkeypox

Djatnika mengatakan, dari data yang dia miliki, kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak. Dari 10 persen persen kasus yang dilaporkan, sebagian besar korbannya adalah anak-anak. 

“Yang jelas kalau kena ke anak, di beberapa laporan akan lebih berat dibanding dewasa. Angka kematian 1-10 persen dan paling banyak ke anak dan orang dengan kekebalan tubuhnya terganggu,” kata Djatnika, di RSHS Bandung, Jawa Barat, Jumat (17/5/2019).

Baca juga: Antisipasi Monkeypox, Bandara Kualanamu dan Pelabuhan Belawan Dipasangi Pendeteksi Suhu Panas

Pada anak, lanjut Jatnika, umumnya terdapat gejala utama seperti demam dan nafsu makan berkurang.

Dua fase pertama, lima hari gejala demam, setelah itu timbul ruam kulit. Bedanya dengan cacar air biasanya dari wajah turun ke seluruh tubuh. Kelainannya dari bentol berisi nanah yang pecah lalu timbul bekas.

Secara umum, kelompok usia yang lebih muda lebih rentan terhadap penyakit cacar monyet.

Djatnika mengatakan, saat ini belum ada vaksin untuk mengobati monkeypox. Vaksin yang bisa digunakan sementara adalah vaksin variola.

Namun, vaksin inipun dinilai sangat langka setelah sebelumnya cacar dinyatakan bebas sekitar tahun 1980-an.

“Saat ini belum ada obat atau vaksinya, jadi hanya suportif saja,” kata Djatnika.

Baca juga: Terlibat Kontak dengan Pasien Monkeypox, 23 Orang Dikarantina di Singapura

Dirut RSHS Bandung R Nina Susana Dewi mengatakan, untuk mengantisipasi adanya pasien penderita monkeypox, RSHS Bandung menyediakan sembilan ruang isolasi.

Di RSHS juga memiliki satu tim infeksi yang bekerja nonstop.

"Jadi apabila ada pasien (monkeypox) kita siap. Kami siap dari alur masuk sesuai indikasi medis, dan kita punya sembilan ruang isolasi,” Nina.

Hal tersebut sesuai dengan surat edaran dari Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, dimana rumah sakit dan puskesmas bertugas menyebarluaskan informasi mengenai cacar monyet, serta melayani pasien suspek sesuai prosedur dan berpusat pada keselamatan pasien serta petugas kesehatan.

Sejauh ini belum ada pasien suspek monkeypox yang dirawat di rumah sakit tersebut.

Bisa dirawat di rumah

Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Emmy Hermiyanti Pranggono mengatakan, sebetulnya pasien yang terkena cacar monyet tapi infeksinya tidak berat, bisa dirawat di rumah.

Namun, apabila infeksinya dinilai cukup berat dan bernanah, serta memiliki gejala lainnya, maka pasien tersebut harus dirawat di rumah sakit.

“Biasanya sekitar tiga minggu sembuh kalau tidak ada sekunder dikulit. Apalagi infeksi di paru itu akan lebih lama lagi (sembuhnya),” kata Emmy.

“Kata isolasi sendiri bisa dilakukan di rumah. Namun, maksud isolasi di RSHS ini untuk menangani kelainan organ lain akibat infeksi tumpangan lain akibat dari virusnya. Jadi kalau monkeypox saja bisa dirawat di rumah, tapi yang penting pencegahannya,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com