Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS DAERAH

Gubernur Banten: Tak Ada Tepuk Tangan untuk Lawan Korupsi...

Kompas.com - 17/05/2019, 15:11 WIB
M Latief,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

"Tiap kali bicara ayo lawan korupsi, semua orang diam, tidak ada yang tepuk tangan. Tapi saya terus lakukan itu, saya tak peduli. Saya tahu, saya kerja sendiri dalam hal ini, dan itu saya jadi komitmen untuk tidak menyerah," ujarnya.

Posisi ketiga

Tahun ini, dua tahun Wahidin menjadi Gubernur Banten, ada perubahan yang terlihat dari upayanya melakukan reformasi birokrasi. Banyak orang yang mulai "tertekan" dengan kerasnya gaya Wahidin memimpin.

"Pajak daerah naik. Banyak yang mulai terganggu dengan kerasnya upaya kami melakukan perubahan. Mereka gerah dan saya yakin politik manipulatif yang kuat di Banten ini mulai terganggu," ucap Wahidin.

Sejak menerapkan layanan terintegrasi satu pintu secara daring, lanjut Wahidin, Banten menuai untung dari investasi.

Layanan yang merupakan perwujudan dari Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik ini membuat investor dapat dengan mudah mengurus hampir semua proses perizinan secara online single submission (OSS) di seluruh Indonesia, termasuk di Provinsi Banten.

Dengan dukungan kuat pemerintahannya, nilai investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) di Banten meningkat signifikan selama 3 tahun terakhir.

Pada awal 2018 lalu Banten langsung melesat di posisi ketiga sebagai tujuan investasi asing, setelah Jakarta dan Jawa Barat, dengan nilai Rp21,97 triliun untuk 1.518 proyek. Sedangkan buat investasi dalam negeri, Banten menempati posisi ketujuh dengan nilai investasi sebesar Rp8 triliun untuk 537 proyek.

Bicara ekonomi, lanjut Wahidin, dia merasa ada perubahan bisa dilihat dari Banten. Pada triwulan IV 2018 lalu ekonomi provinsi ini tumbuh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional dan kawasan Jawa.

Secara spasial, pertumbuhan itu merupakan yang tertinggi ketiga, setelah Provinsi DIY (Yogyakarta) dan DKI Jakarta. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi didukung oleh peningkatan konsumsi rumah tangga, swasta dan investasi.

Adapun, dari sisi penawaran, pertumbuhan bersumber dari kinerja Lapangan Usaha (LU) pertanian, jasa keuangan, dan industri pengolahan.

Bank Indonesia sendiri mencatat, ekonomi Provinsi Banten tahun 2018 juga tumbuh lebih tinggi dibandingkan 2017 saat Wahidin pertama baru menjabat. Pertumbuhan itu ditopang oleh kinerja konsumsi rumah tangga, pemerintah, dan swasta yang tumbuh meningkat dari tahun 2017.

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan terutama didorong oleh industri pengolahan, real estate, serta perdagangan besar dan eceran.

"Ekonomi sudah membaik, tinggal angka pengangguran yang akan tetap jadi perhatian untuk terus kami perbaiki. Kalau bicara setahun terakhir ini, tingkat pengangguran di Banten sudah menurun. Banten sudah tidak lagi menjadi jadi provinsi dengan tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia," ujar Wahidin.

"Sekarang Banten jadi peringkat tiga, malah Jawa Barat malah yang paling tinggi," tambah Wahidin.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com