Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Dinkes Jatim Cegah Virus Cacar Monyet, Pertebal Pengawasan Bandara Juanda hingga Sosialisasi

Kompas.com - 16/05/2019, 22:20 WIB
Ghinan Salman,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Temuan kasus cacar monyet atau monkeypox (MPX) di Singapura membuat penyakit itu menjadi momok baru di Indonesia.

Penyakit ini diketahui dibawa oleh warga negara Nigeria berusia 38 tahun yang tiba di Singapura pada 28 April 2019. WN Nigeria itu disebut terbukti positif mengidap cacar monyet pada 8 Mei 2019.

Kementerian Kesehatan lalu mempertebal pintu masuk ke Indonesia dengan memperkuat pemantauan.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Kesehatan Jatim juga membuat penjagaan berlapis di pintu masuk Bandara Internasional Juanda dan pelabuhan agar virus itu tidak menyebar di wilayah Jawa Timur.

Baca juga: Cegah Penyebaran Cacar Monyet, Pakar IPB Minta Pemerintah Susun Kebijakan

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Kohar Hari Santoso mengatakan, pihaknya melakukan upaya dengan pengamanan berlapis di pintu jaga luar negeri di Bandara Juanda dan pelabuhan.

Kohar menyebut, telah menyiapkan tiga alat thermal scanner atau pendeteksi suhu tubuh yang dipasang di Bandara Juanda. Sebab, transportasi Indonesia dan Singapura ini mudah.

"Teman-teman dari kantor kesehatan pelabuhan sudah bersiaga di sana dengan thermal scanner-nya. Orang-orang yang kondisinya panas, akan diperiksa lebih lanjut dan kemudian akan dikarantina di ruang isolasi di rumah sakit Dr Soetomo," ucap Kohar, saat dihubungi melalui telepon, Kamis (16/5/2019) malam.

Sampai saat ini, lanjut dia, dari hasil pemantauan belum ditemukan ada warga Jawa Timur dan warga negara asing yang berkunjung ke Jawa Timur terpapar virus cacar monyet tersebut.

Namun, ia memastikan akan terus melakukan pemantauan agar virus itu tidak sampai menyebar.

"Alhamdulillah sampai sejauh ini, kami kok tidak mendapatkan kasusnya, belum ada. Sampai sejauh ini kami pantau terus, mudah-mudahan tidak ada," ujar dia.

Selain memperketat pengawasan, Kohar mengaku akan memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar lebih berhati-hati dengan virus cacar monyet tersebut.

Mengenal virus cacar monyet

Menurut Kohar, virus cacar monyet berasal dari Afrika. Penularan virus itu, kata dia, bisa melalui tiga jalur yang masuk ke tubuh seseorang.

Pertama, melalui cairan darah dari binatang, di mana biasanya terdapat pada monyet, tikus, kemudian pada luka di kulit tubuh. Ketika masuk ke tubuh seseorang akan tertular virus cacar monyet.

Kedua, penularan bisa masuk dari makanan, terutama dari daging, dari binatang-binatang liar yang memang terkontaminasi atau terpapar virus tersebut.

"Jadi, ini memang penyakit yang tertular dari hewan," ucap Kohar.

Baca juga: Pemerintah Imbau Masyarakat Waspada Virus Cacar Monyet

Ketiga, apabila memang ada penderita cacar monyet dan berinteraksi secara intens dengan orang lain, juga bisa tertular.

"Biasanya (cacar monyet) masuk ke tubuh seseorang perlu waktu sekitar satu minggu sampai tiga minggu atau lima sampai 21 hari untuk manifes," ujar dia.

Ketika sesorang terpapar virus cacar monyet, imbuh Kohar, pada bagian kulit, wajah, dan bisa sekujur tubuh, akan ada pembesaran kelenjar getah bening.

"Makanya daya tahan tubuh itu penting. Karena sejauh ini belum ada imunisasinya, belum ada obatnya. Ada yang menyebutkan bahwa tingkat kematiannya bisa 10 persen. Sampai sebesar itu," imbuh Kohar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com