Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Anak Tukang Sampah Diterima di UGM, Masuk Tanpa Tes hingga Kerja Keras Meski Ekonomi Pas-pasan

Kompas.com - 16/05/2019, 18:28 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meski hidup dalam keterbatasan ekonomi, Alyza Firdaus Nabila, akhirnya bisa meraih mimpinya dengan berhasil masuk ke Fakultas Kehutanan Universitas Gajar Mada (UGM) melalui jalur SNMPTN undangan.

Keberhasilan itu menjadi anugerah bagi ayahnya, Jumari, yang bekerja sebagai tukang pengangkut sampah.

Jumari (58), warga Dusun Ngablak, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, itu tak berhenti mensyukuri keberhasilan anak bungsunya itu.

Alyza mengakui dirinya akan terus belajar, berusaha dan berdoa untuk meraih cita-citanya. Salah satunya, membahagiakan kedua orangtuanya.

Berikut ini fakta lengkap perjuangan Alyza:

1. Anugerah terindah bagi keluarga Jumari

Jumari saat bekerja mengangkut sampah dari rumah- rumah penduduk di wilayah Piyungan, Yogyakarta.Dok. Humas UGM Jumari saat bekerja mengangkut sampah dari rumah- rumah penduduk di wilayah Piyungan, Yogyakarta.

Jumari dan keluarganya tak bisa menyembunyikan wajah kebahagiaan saat menceritakan keberhasilan Alyza atau akrab disapa Lyza.

"Sangat bangga dan bersyukur, anak kami Lyza bisa diterima kuliah di UGM. Ini menjadi kebahagiaan tertinggi bagi keluarga kami,” ucap Jumari, seperti dikutip dari rilis resmi Humas UGM, Selasa (14/5/2019).

Jumari tak henti-hentinya mengucap syukur mengetahui Lyza bisa diterima di UGM.

Air matanya menetes membasahi pipi mengingat perjuangannya dan istri dalam membesarkan anaknya.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Alyza, Anak Tukang Sampah yang Diterima Kuliah di UGM

2. Perjuangan Jumari di tengah keterbatasan ekonomi

Ilustrasi ekonomi dan pertumbuhanTOTO SIHONO Ilustrasi ekonomi dan pertumbuhan

Jumari teringat bagaimana keluarganya pernah mengalami titik nadir dalam hidup.

Dia menceritakan, anak pertamanya terpaksa putus sekolah saat di bangku SMA karena tidak mampu membayar uang sekolah.

Jumari juga sempat menjadi sopir panggilan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluargannya. Namun, seiring usianya yang kian menua, Jumari memutuskan untuk berhenti dari pekerjaanya itu.

Jumari pun memutuskan untuk beralih dengan menjadi tukang angkut sampah. Ia menyewa mobil pick up yang sudah usang untuk mengangkut sampah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com