Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perjuangan Alyza, Anak Tukang Sampah yang Diterima Kuliah di UGM

Kompas.com - 15/05/2019, 17:18 WIB
Wijaya Kusuma,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Rasa bangga dan bahagia menyelimuti Jumari (58), warga Dusun Ngablak, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul yang berprofesi sebagai tukang angkut sampah.

Anak bungsunya, Alyza Firdaus Nabila, berhasil masuk ke Fakultas Kehutanan Universitas Gajar Mada (UGM) melalui jalur SNMPTN Undangan.

"Sangat bangga dan bersyukur, anak kami Lyza bisa diterima kuliah di UGM. Ini menjadi kebahagiaan tertinggi bagi keluarga kami,” ucap Jumari, seperti dikutip dari rilis resmi Humas UGM, Selasa (14/5/2019).

Baca juga: Hafidh, Anak Penjual Mainan, Raih Nilai UNBK Sempurna dengan Rata-rata 100

Jumari tak henti-hentinya mengucap syukur mengetahui Lyza bisa diterima di UGM.

Air matanya menetes membasahi pipi mengingat perjuangannya dan istri dalam membesarkan anaknya.

Dia ingat bagaimana keluarganya pernah mengalami titik nadir dalam hidup. Bahkan anak pertamanya terpaksa putus sekolah saat di bangku SMA karena tidak mampu membayar uang sekolah.

Jumari sempat menjadi sopir panggilan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluargannya. Namun, seiring usianya yang kian menua, Jumari memutuskan untuk berhenti dari pekerjaanya itu.

laki-laki berusia 58 tahun ini beralih dengan menjadi tukang angkut sampah. Ia menyewa mobil pick up yang sudah usang untuk mengangkut sampah.

Setiap dua hari sekali Jumari bersama putra sulungnya berkeliling mengambil sampah ke rumah penduduk di wilayah Piyungan, Yogyakarta.

Jumari saat bekerja mengangkut sampah dari rumah- rumah penduduk di wilayah Piyungan, Yogyakarta.Dok. Humas UGM Jumari saat bekerja mengangkut sampah dari rumah- rumah penduduk di wilayah Piyungan, Yogyakarta.

Kantong-kantong sampah dimasukkan ke dalam mobil pick up untuk diantarkan ke tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) Piyungan.

Dari mengangkut sampah inilah ia mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Pekerjaan ini dijalani Jumari selama 13 tahun terakhir. Guna membantu perekonomian keluarga, istrinya membuka usaha cuci pakaian di rumahnya.

Baca juga: Kisah Sumanto Manusia Kanibal, Tak Lagi Makan Mayat, Kini Dampingi Pengasuhnya Ceramah ke Berbagai Kota

Kondisi perekonomian yang pas-pasan tak membuat Jumari berpikir anaknya bisa melanjutkan pendidikan hingga bangku kuliah 

"Rata-rata per bulannya dari angkut sampah dan usaha cucian sekitar Rp. 1,5 juta untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari," ungkapnya

Tekun

Melihat ketekunan Alyza dalam belajar dan melihat prestasi akademis yang baik, Jumari yakin sang anak nantinya dapat memperoleh pendidikan yang layak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com