Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesarean Gunung Kawi, Jejak Perjuangan Pengawal Diponegoro serta Wujud Toleransi Etnis dan Agama

Kompas.com - 15/05/2019, 09:54 WIB
Andi Hartik,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Iwan mengatakan, Iman Soedjono mewariskan dua kita karyanya di area persarean tersebut. Namun hingga saat ini, kitab itu belum bisa dipelajari.

Kitab tersebut memuat bahasa jawa kuno dengan tulisan arab pegon yang ditulis tangan.

"Kami masih berusaha menterjemahkan. Karena beliau ini ulama besar, tetapi juga mencintai budaya. Jadi tulisan ini menggunakan arab gundul (pegon) tapi bunyinya bahasa Jawa Kuno.

"Kami juga kerjasama dengan Keraton Solo dan Yogyakarta. Semua ini demi kebaikan bersama dan kemajuan bersama," jelasnya.

Jadi Simbol Keberagaman

Nilai sejarah yang melekat pada Pesarean Gunung Kawi menjadikannya sebagai tujuan ziarah atau wisata religi. Warga dari berbagai etnis dan agama datang ke pesarean tersebut untuk berziarah. Etnis Madura, Jawa serta Tionghoa kerap ke lokasi tersebut.

Bagi warga keturunan Tionghoa yang kebanyakan non-muslim, sosok di balik makam tersebut merupakan nenek moyangnya. Sehingga tidak sedikit etnis Tionghoa yang datang ke makam tersebut.

"Jadi keyakinan orang Tionghoa sebenarnya lebih kuat dari kita. Mereka di sini bukan siapa-siapa, tetapi yang awal-awal datang kesini menyuruh keluarganya yang lain datang ke sini," kata Iwan.

Baca juga: Tapak Tilas Jejak Dakwah Pangeran Diponegoro di Masjid Langgar Agung Menoreh

Iwan mengatakan, pasukan Diponegoro saat berperang melawan penjajahan terdiri dari berbagai etnis. Hal itu yang mendasari keyakinan warga Tionghoa bahwa di balik makam tersebut merupakan seorang keturunan China.

"Makanya kalau menganjurkan kepada anak cucunya, kalau mau cari Mbahnya di sana (Gunung Kawi)," katanya.

Saat memanjatkan doa, mereka berdoa dengan keyakinan masing-masing. Bahkan tidak jarang mereka memanjatkan doa bersama-sama yang dipimpin oleh juru kunci yang tidak lain adalah Islam.

"Di sini kan Kenduri, jadi kita doanya menggunakan Bahasa Jawa dan sebagian bahasa Arab sesuai Islam, mereka tidak masalah," ungkapnya.

Tidak hanya itu, di area pesarean berdiri Klenteng Kwan Im dan Masjid RM. Iman Soedjono. Dua tempat ibadah agama yang berbeda itu dipisahkan oleh lapasangan terbuka.

Sementara itu, tepat di samping pesarean terdapat Mushola Kiai Zakaria II.

Iwan mengatakan, Klenteng Kwan Im itu didirikan supaya warga penganut Tridharma (Tao, Konghucu dan Budha) yang berziarah ke pesarean itu bisa beribadah dengan keyakinannya masing-masing. 

Baca juga: Tradisi Makan Telur Mimi Sambut Puasa, Tradisi Para Penyebar Islam di Kendal

Dianggap tempat pesugihan 

Banyaknya peziarah yang datang ke pesarean memunculkan stigma negatif di kalangan masyarakat luas. Banyak orang menganggap bahwa Pesarean Gunung Kawi adalah tempat pesugihan atau tempat untuk mencari kaya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com