Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi Monkeypox, Bandara Kualanamu dan Pelabuhan Belawan Dipasangi Pendeteksi Suhu Panas

Kompas.com - 14/05/2019, 14:37 WIB
Dewantoro,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumatera Utara (Sumut) melakukan antisipasi masuknya virus cacar monyet (monkeypox virus) yang berasal dari Singapura.

Dinkes Sumut melakukan pengawasan di Bandara Kualanamu dan Pelabuhan Belawan, Sumut, Selasa (14/5/2019).

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumut, Yulia Maryani mengatakan, Dinkes Sumut saat ini telah menjalin kerjasama dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) khususnya di Bandara Kualanamu dan Pelabuhan Belawan. 

"Sampai sejauh ini, kita belum menerima surat edaran dari Kemenkes terkait virus monkeypox itu. Tapi di sini kita sudah menjalin kerjasama dengan KKP di bandara," ungkapnya, Selasa.

Baca juga: Waspada Penyakit Monkeypox, Dinas Kesehatan Riau Minta Dilakukan Pengawasan di Bandara dan Pelabuhan

Dijelaskannya, kerjasama ini dilakukan karena KKP memiliki alat berupa thermoscaner atau alat untuk pengukur suhu tubuh. Bila penderitanya berjalan melewati alat itu, maka secara otomatis ia akan terdeteksi.

"Sehingga petugas akan langsung memeriksanya secara klinis. Dan kalau memang benar, maka pasien akan langsung dirujuk ke Rumah Sakit Haji Adam Malik," jelasnya.

Namun, hingga kini pihaknya belum menemukan kasus cacar monyet itu masuk ke wilayah Sumut. Karenanya ia mengimbau kepada masyarakat, terutama yang hendak melakukan perjalanan ke Singapura, agar sedapat mungkin menjauhi sumber penyebarannya.

"Gunakan juga masker untuk pencegahannya. Namun, yang terpenting adalah bagaimana terus menjaga daya tahan tubuh tetap bugar," sebutnya.

Baca juga: Terlibat Kontak dengan Pasien Monkeypox, 23 Orang Dikarantina di Singapura

Yulia mengatakan, kasus monkeypox ini sempat marak terjadi pada 2017 di Central African Republic, Democratic Republic of Congo, Liberia, Nigeria, Republic of Congo, dan Sierra Leone.

Penularan penyakit ini berasal dari hewan ke manusia dengan bentuk mirip cacar pada manusia.

Meskipun jauh lebih ringan daripada cacar, monkeyfox ini bisa berakibat fatal. Daerah endemisnya, terutama tersebar di bagian Afrika tengah dan barat, yang merupakan daerah hutan hujan tropis.

Yulia menambahkan, dikarenakan monkeypox sangat mirip dengan penyakit ruam lain, seperti cacar, cacar air, campak, infeksi kulit akibat bakteri, kudis, sifilis, dan alergi terkait obat, monkeypox hanya dapat didiagnosis secara pasti di laboratorium khusus dengan sejumlah tes yang berbeda.

Karenanya, untuk pencegahannya adalah dengan menghindari kontak dengan tikus dan primata terinfeksi serta membatasi paparan langsung terhadap darah dan daging yang tidak dimasak dengan baik.

"Selain itu batasi kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau bahan yang terkontaminasi harus dihindari. Memakai sarung tangan dan pakaian pelindung lainnya saat menangani hewan yang terinfeksi dan ketika merawat orang yang sakit, dan menjalani perilaku hidup bersih dan sehat," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com