Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suasana Mushala Darurat Lombok Timur, Jemaah Susut hingga Hanya Ada 1 Al Quran untuk Tadarus

Kompas.com - 14/05/2019, 07:17 WIB
Idham Khalid,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

LOMBOK TIMUR, KOMPAS.com - Warga korban gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) melalui Ramadhan dengan keprihatinan.

Di mushala yang jadi lokasi pengungsian para korban, tepatnya di Dusun Kebon Daye, Desa Pesanggrahan, Lombok Timur, hanya ada satu Al Quran yang digunakan secara bergantian oleh warga untuk melakukan tadarus (kegiatan membaca) Al Quran setiap malam selama Ramadhan. 

Berdasarkan pantauan Kompas.com, mushala ini berupa sebuah tenda darurat dengan lantai tanah yang berlapiskan terpal.

Baca juga: Korban Gempa Lombok Timur, Salat Tarawih di Tenda Darurat

 

Walaupun darurat, namun di dalam mushala terlihat sejumlah warga dengan khusyuk mengaji. Lantunan ayat suci diperdengarkan ke warga lainnya dengan menggunakan pengeras suara.

Dari sekian banyak warga yang mengaji di mushala darurat tersebut, hanya ada satu Al Quran. Al Quran ini kemudian digunakan secara bergantian. 

“Ya kita harus saling oper bergantian membaca Al Quran setiap malam karena yang kita punya hanya satu, itupun sudah lama,” kata Supardi (30) kepada Kompas.com usai mengaji, Senin (13/5/2019). 

Supardi bercerita, sebelumnya di lokasi pengungsian tersebut berdiri bangunan mushala Nurul Jihad yang memiliki 20 Al Quran.

Baca juga: Kisah Rido Abdullah, Bocah 2 Tahun Penderita Tumor Ganas di Lombok Timur

 

Namun gempa yang terjadi pada Minggu, 17 Maret 2019 lalu, merobohkan mushala tersebut dan membuat 19 Al Quran yang ada di dalamnya hilang.

"Sekarang hanya tinggal satu saja,” kata Supardi.

Ia berharap dengan kondisi fasilitas ibadah yang rusak, agar pihak pemerintah ataupun donatur dapat membantu memberikan Al Quran. 

Sementara itu Suriati (28) menyebutkan pada bulan Ramadhan kali ini, masyarakat agak jarang mengikuti tadarusan dibandingkan dengan bulan puasa tahun lalu.

"Warga sekarang jarang yang mau tadarusan, karena tempatnya seperti ini mungkin," katanya.

Baca juga: DPD PKS Lombok Timur Tegaskan Tak Ada Money Politics pada Acara Calegnya 

Menurut Suriati, saat ini hanya dua atau tiga orang saja yang melakukan tadarus di mushala darurat lantaran kondisinya yang sempit. 

"Dulu kita senang tadarusan karena banyak teman, bisa sampai jam 12 malam, sekarang kita sampai jam 10 sudah istirahat karena sedikit temannya," kata Suriati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com