Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wahyu, Calon Anggota Dewan Termuda DPRD Pamekasan, Sukses dari Tim Anak Muda

Kompas.com - 13/05/2019, 18:52 WIB
Taufiqurrahman,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


PAMEKASAN, KOMPAS.com - Moh Qhomarul Wahyudi (23), mahasiswa Universitas Madura (Unira) Pamekasan, Jawa Timur, dipastikan akan menduduki kursi anggota DPRD Pamekasan periode 2019-2024 mendatang.

Pemuda kelahiran Pamekasan, 2 Desember 1995 ini, meraih suara tertinggi di daerah pemilihan (Dapil) 5 Pamekasan, yang meliputi Kecamatan Larangan, Kecamatan Galis dan Kecamatan Pademawu, sebanyak 13.326 dari Partai Bulan Bintang (PBB), setelah rekapitulasi usai dilaksanakan KPU Pamekasan.

Saat ditemui Kompas.com, Senin (13/5/2019), pemuda yang akrab disapa Wahyu ini menceritakan awal mula terjun ke dunia politik.

Mahasiswa semester delapan Fakultas Hukum ini pertama terinspirasi peristiwa reformasi tahun 1998 saat ribuan mahasiswa berhasil menduduki kantor MPR RI, untuk menggulingkan Presiden Soeharto.

Baca juga: PKS Diprediksi Raih 16 Kursi di DPRD DKI

 

Dari peristiwa itu, Wahyu kemudian tumbuh semangat bahwa mahasiswa bisa melakukan perubahan dengan cara menduduki gedung DPR.

"Kalau mau melakukan perubahan, maka duduki kantor dewan seperti dulu reformasi tahun 1998 silam. Itu inspirasi pertama saya," ujar Wahyu.

Pemuda asal Dusun Lobuk, Desa Dasok, Kecamatan Pademawu ini, juga terinspirasi kiprah almarhum ayahnya Marsuki, yang pernah duduk sebagai anggota DPRD Pamekasan, meskipun waktunya sangat singkat, yakni sebulan.

Ayahnya menjadi anggota DPRD Pamekasan dari PBB dengan perolehan suara terbanyak di dapilnya. Karena sakit dan meninggal dunia, maka posisinya digantikan orang lain.

"Dua inspirasi ini masih belum membulatkan tekad saya ke politik. Maka saya kemudian pamit ke ibu saya," imbuh Wahyu.

Ketika pamit ke Ibunya, Sulastri, Wahyu tidak langsung mendapatkan restu. Alasan Sulastri, masih trauma kejadian ayah Wahyu ketika terjun di politik tahun 1999 dulu.

Baru sebulan dilantik, langsung jatuh sakit dan berujung kematian. Namun, beberapa waktu kemudian, pendirian Sulastri berubah.

Wahyu mendapat restu dari Sulastri, setelah hasil permohonan kuat secara batin (istikharah) Sulastri, bertanda baik.

Selang beberapa waktu pintu restu dari ibunya terbuka, Wahyu kemudian bertemu dengan salah satu ulama kharismatik Pamekasan, KH Muhammad Rofii Baidawi, pengasuh pesantren Al Hamidy Banyuanyar, saat menjalankan umroh di Madinah awal tahun 2018 lalu.

Kiai Rofii mendorong agar Wahyu meneruskan perjuangan ayahnya di politik. Bahkan, Kiai Rofii memberi sinyal kalau Wahyu akan mengikuti jejak sukses ayahnya.

"Setelah dari ibadah umroh, saya bulatkan tekad untuk terjun ke politik. Keluarga besar saya juga mendukung. Bahkan, rekan-rekan politik bapak saya, juga ikut mendukung," ujar dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com