Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal "Thomas", Lokomotif Uap Zaman Belanda di Pabrik Gula Poerwodadie

Kompas.com - 12/05/2019, 14:01 WIB
Sukoco,
Rachmawati

Tim Redaksi

MAGETAN , KOMPAS.com - Kereta tua kusam berwarna hijau tua perlahan-lahan mendorong puluhan lori berisi tebu menuju Pabrik Gula (PG) Poerwodadie Kabupaten Magetan Jawa Timur melintasi jalan raya.

Sementara itu, beberapa warga pengguna jalan terlihat berhenti dan merekam lokomotif antik tersebut. Sejumlah anak-anak sekolah yang baru pulang juga terlihat kegirangan melihat loko yang mereka sebut Thomas itu.

Agus Cahyono, Staff Sumber Daya Manusia SDM PTPN XI yang membawahi PG Poerwodadi Magetan mengatakan, masih ada tiga lokomotif buatan tahun 1910 yang masih dioperasikan untuk mengangkut tebu menuju pabrik.

Namun yang sering dioperasikan adalah lokomotif nomor 16 buatan pabrik Orenstein & Koppel Jerman buatan tahun 1910.

"Meski lokomotif sudah tua masih ada tiga yang kita pakai. Dua untuk cadangan,” jelasnya saat ditemui Kompas.com  di kantor PG Poerwodadi, Jumat ( 10/05/2019).

Baca juga: Argo Parahyangan Alami Gangguan Lokomotif, PT KAI Minta Maaf

Sebelumnya PG Poerwodadie memiliki 18 lokomotif, namun karena rusak sebagian ditarik ke Surabaya untuk dimusiumkan.

Jarak tempuh lokomotif nomor 16 tersebut juga tidak terlalu jauh yaitu kurang dari satu kilometer dari pos penerimaan tebu menuju pabrik dengan menyebarangi jalan umum.

Karena sudah tidak setangguh dulu, si "Thomas" biasanya hanya berfungsi membantu lokomotif diesel untuk mendorong puluhan lori yang berisi tebu.

Suyatno, salah satu teknisi kereta tua PG Poerwodadie menjelaskan sejak awal dibangun, PG Poerwodadie memiliki 18 lokomotif yang dioperasikan penuh untuk mengangkut tebu dari kebun milik warga. Wilayah operasi lokomotif tersebut juga lebih luas hingga mencakup seluruh wilayah Kabupaten Magetan.

“Sekarang tinggal tiga yang bisa dioperasikan. Yang lain sudah pada rusak. Sebagian dijadikan monumen,” katanya.

Baca juga: Sandiaga Uno: Kediri Bisa Jadi Lokomotif Industri

Usia lokomotif yang mencapai lebih dari 1abad membuat suku cadang lokomotif dipastikan tidak diproduksi lagi. Bahkan pabrik pembuat lokomotif perusahaan Orenstein & Koppel sudah ditutup tahun 1999 lalu.

Untuk menyiasati kebutuhan suku cadang, para teknisi berusaha membuat sendiri atau memasang suku cadang dari lokomotif lain yang sudah rusak.

“Kadang pakai suku cadang dari lokomotif yang sudah rusak. Beberapa suku cadang kita buat sendiri,” jelas lelaki yang bekerja di PG Poerwodadie sejak tahun 1988 itu.

Kerusakan sering terjadi pada klep bagian pemanas air serta lampet atau pipa kecil yang jumlahnya puluhan yang berada di dalam mesin pemanas air.

"Bikin sendiri kalau rusak dari pipa besi. Kita potongin baru dilas,” kata Suyatno.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com