Juga melakukan penghijauan pada kawasan persawahan dengan tanaman tahunan berakar kuat untuk meningkatkan daya dukung tanah di daerah tersebut.
Masyarakat diimbau selalu memantau perkembangan retakan yang ada, dan jika terjadi perkembangan yang cepat, terutama pada tebing yang sudah longsor, segera menjauh dari lokasi gerakan tanah dan melaporkannya kepada instansi berwenang untuk menyampaikan peringatan kepada pengguna jalan/penduduk yang beraktivitas di sekitar bencana.
"Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejala-gejala yang mengawalinya sebagai upaya mitigasi bencana akibat gerakan tanah," imbau dia.
Laporan lengkap hasil kajian PVMBG Badan Geologi mengenai bencana tanah bergerak di Jalan Raya Sukabumi-Sagaranten, Kampung Gunungbatu, Desa Kertaangsana, Nyalindung, Sukabumi dapat mengunjungi situs http://pvmbg.bgl.esdm.go.id/index.php/gerakan-tanah/kejadian-gerakan-tanah.
Data BPBD Kabupaten Sukabumi menyebutkan, hingga Minggu (5/5/2019) bencana tanah bergerak melanda RT 01, 02 dan 03 RW 09. Di tiga dusun itu terdapat 129 rumah yang dihuni 161 kepala keluarga (KK) atau 482 jiwa.
Akibat bencana itu, 90 rumah rusak dan 26 hektar sawah terancam. Selain itu, tanah dan jalan provinsi sepanjang 200 meter juga rusak akibat tanah bergerak.
Diberitakan sebelumnya, sedikitnya 40 unit rumah rusak terdampak bencana tanah bergerak di Kampung Gunungbatu, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat. Sedangkan 115 rumah lainnya dalam kondisi terancam.
Baca juga: Soal Tanah Bergerak di Sukabumi, BPBD Tunggu Kajian dan Rekomendasi Badan Geologi
Selain itu, tanah bergerak ini mengakibatkan ruas Jalan Sukabumi-Sagaranten di kampung setempat anjlok dan mengancam 26 hektar lahan persawahan.
Gerakan tanah ini mulai dikeluhkan masyarakat sejak sepekan ini setelah hujan deras mengguyur Sukabumi sehari semalam. Hingga Senin (22/4/2019), pergerakan tanah terus dirasakan warga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.