Persoalan ini, lanjut Isidorus, belum berakhir karena saksi Gerindra tidak menandatangani berita acara.
"Maka sikap kami adalah juga mengajukan keberatan atas kejadian ini dan menyatakan tidak mau menandatangani berita acara rekapitulasi. Kami menilai KPU Sumba Barat Daya tidak menyelenggarakan pemilu secara baik dan benar, maka persoalan ini akan dibawa ke KPU RI," tegas Isidorus.
Saksi Gerindra juga mempertanyakan penyebab blangko DA1 plano didapati kosong. Padahal di DA1 seharusnya tertulis angka-angka.
"Apa maksudnya? Dijelaskan oleh KPUD Sumba Barat Daya, bahwa jika DA1 kecil dipersoalkan maka dibuka DA1 plano. Jika itu dipersoalkan maka dibuka DAA1 hologram. Namun, yang tidak bisa dijelaskan mengapa ada dokumen DA1 plano yang tidak tertulis angka," ujarnya.
Saksi Gerindra meminta Bawaslu merekomendasikan kepada KPU Sumba Barat Daya untuk membuka kotak-kotak suara di Kecamatan Wewewa Timur. Ia menduga, peristiwa seperti ini bisa terjadi di tempat lain.
Selain itu, saksi Gerindra meminta KPU NTT agar memantau kejadian ini.
"Pemilu berkualitas mesti dimulai oleh penyelenggara berkualitas. Kejadian di Kecamatan Wewewa Timur, Sumba Barat Daya, adalah cerminan dari rentannya penyelenggara terlibat dalam skenario permainan pihak-pihak tertentu," kata Isidorus.
Tanggapan KPU NTT
Dikonfirmasi terpisah, Ketua KPU NTT Thomas Dohu mengakui ada formulir DA1 kosong berdasarkan klarifikasi KPU Sumba Barat Daya dalam pleno rekap Provinsi NTT.
Kemudian, kata Thomas, dalam forum pleno disepakati untuk membuka form DAA1 plano sebagai sumber data pencatatan dari pembacaan hologram.
"Adapun setelah DAA1 dibuka, data perolehan suara parpol dan calon di isi sesuai DAA1 dimaksud," katanya.
Baca juga: Dituduh Curi Suara, Caleg Perindo di Surabaya Mengaku Dianiaya Kompetitornya
Namun untuk lebih detailnya, Thomas meminta Kompas.com untuk menghubungi ketua KPU Sumba Barat Daya.
Ketua KPU Sumba Barat Daya, Mikael Bulu yang dihubungi melalui pesan singkat belum merespons.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.