Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Yuni, Sopir Grab Garut yang Terima Order Antar Jenazah

Kompas.com - 09/05/2019, 20:00 WIB
Ari Maulana Karang,
Rachmawati

Tim Redaksi

GARUT, Kompas.com - Keluarga salah satu pasien RSU dr Slamet Garut, terpaksa membawa pulang anggota keluarganya yang meninggal dengan menggunakan jasa GrabCar pada Rabu (1/5/2019).

Pengemudi GrabCar yang menerima orderan tersebut adalah Yuni, ibu rumah tangga yang biasa ngalong atau narik orderan malam hari.

Aksi Yuni menerima orderan membawa jenazah, mendapat simpati dari masyarakat setelah cerita Yuni diungkap dalam akun media sosial Facebok.

Saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/5/2019), Yuni mengaku tak menyangka apa yang dilakukannya menarik perhatian publik sehingga mendapat simpati.

Perempuan berusia 36 tahun tersebut bercerita jika ia mendapatkan orderan dari seorang pria bernama Doni. Orderan tersebut diterimanya pada Rabu (1/5/2019) sekitar pukul 04.00 WIB dinihari.

Baca juga: Pangandaran dan Garut Zona Rawan Imigran Ilegal

Pemesan meminta dijemput di RSU dr Slamet Garut dan diantar ke Desa Banjarwangi dengan jarak sekitar 60 kilometer lebih dengan biaya Rp 230 ribu.

Begitu menerima orderan, Yuni dihubungi pemesan yang mengatakan bahwa penumpang yang akan dibawa adalah jenazah. Namun, Yuni memilih tidak menolaknya.

"Begitu menjemput, yang mesan bilang terimakasih karena aku supir keempat yang akhirnya mau menerima," jelas Yuni.

Ibu tiga anak ini mengaku banyak orang menghindari membawa jenazah, karena takut mobil yang digunakan sepi penumpang. Namun, Yuni tidak mau peduli, karena dirinya yakin rejeki Allah yang mengatur.

"Banyak yang bilang kalau mobil dipakai usaha terus dipakai ngangkut jenazah jadi tiis (sepi). Saya mah nggak peduli, rejeki mah Allah yang ngatur," katanya.

Baca juga: Pertama Diselenggarakan di Indonesia, Festival Baso Aci Garut

Yuni yang baru menjadi mitra Grab pada akhir Desember 2018 lalu mengaku, selama ini dirinya tidak pernah pilih-pilih orderan. Begitu pula saat menerima orderan membawa jenazah.

"Aku terima karena waktunya maju ke subuh. Jadi nggak parno. Saya juga telpon yang mesan, keluarganya meninggalnya karena apa. Karena kalau kecelakaan yang terbayang banyak darahnya kemana-mana dan bau amisnya nempel di jok," katanya.

Yuni mengaku, menerima orderan membawa jenazah memang sudah menjadi salah satu cita-citanya setelah menjadi pengemudi Grab, karena tempat tinggalnya juga tidak jauh dari RSU dr Slamet Garut.

Yuni yang biasa membawa mobik Daihatsu Sigra mengaku sempat bertanya pada pria yang mengorder Grab mengapa tidak menggunakan ambulan. Pria tersebut mengaku memilih menggunakan Grab karena biaya ambulan mahal.

Baca juga: Emil: Cianjur, Sukabumi dan Garut Jadi Daerah Rawan Bencana di Jabar

"Saya sempat tanya kenapa nggak pakai ambulan. Jawabnya mahal dan uangnya tidak cukup. Saya tanya berapa biayanya. Katanya Rp 900.000," kata Yuni.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com