Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tinggal Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Supali Berbuka dengan Nasi dan Daun Ubi Rebus

Kompas.com - 07/05/2019, 15:37 WIB
Sukoco,
Khairina

Tim Redaksi


NGAWI , KOMPAS.com - Matahari cukup menyengat di Desa Dadapan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Selasa (7/5/2019) siang.

Mbah Supali memilih mencari angin segar di pinggir desa di bawah rimbunnya pohon trembesi dibandingkan tinggal di gubuk bambunya yang sudah reyot. Gubuk yang hampir roboh tempat tinggaknya setahun terakhir hanya berukuran 3X4 meter.

"Cari angin, di gubuk panas," ujarnya, Selasa.

Baca juga: Rumah Dijual Anak, Supali Menggelandang hingga Tinggal di Gubuk Reyot

Meski telah berusia lanjut,  Supali tetap menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Dia mengaku sudah terbiasa dengan puasa meski bukan bulan Ramadhan.

Hidupnya yang sebatang kara membuat dia menggantungkan kebaikan tetangganya untuk urusan makan.

"Buka sama sahur biasanya ada yang ngasih. Kalau nggak ada ya makan nasi sama daun ubi direbus, itu saja," imbuhnya.

Meski hidup sebatang kara dan tinggal di gubuk reyot di tengah sawah yang dibuatkan oleh warga, namun Supali mengaku ikhlas menjalani hidupnya.

Menurutnya, hidup itu hanya perlu dijalani. Seberapa berat pahitnya hidup, manusia harus sabar menjalani.

"Dijalani saja. Kita ini awalnya tidak ada, besok kita kembali tidak ada, kembali kepada-Nya," ucapnya.

Baca juga: Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Yogyakarta dan Sekitarnya

Sebelum tinggal di gubuk reyot yang dibuatkan warga, Supali mengaku hidup menggelandang dengan tidur di mana saja karena rumah tempat tinggalnya dijual oleh anak tirinya setelah istrinya meninggal beberapa tahun silam.

Oleh warga setempat, Supali kemudian dibuatkan gubuk di tengah sawah agar memiliki tempat tinggal yang layak. Warga juga sering memberikan bantuan makan dan minum kepada kakek yang sudah yatim piatu sejak kecil tersebut.

"Kalau saya tidak baik, mana boleh saya tinggal di tanah orang dan dibuatkan rumah," katanya.

Supali mengaku tak memiliki keinginan apa pun di usia senjanya. Dia mengaku hanya menunggu masa kontraknya di dunia habis.

"Semua kan ada masanya. Seperti anda juga ada masa kontraknya, kalau habis nggak ada yang dibawa," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com