Tapi, keluarga istrinya menentang, lantaran saat menjual baju itu akan memajang foto model yang mempertontonkan aurat.
Mereka sejak awal juga tidak ingin berbisnis busana muslimah. Sebab, pemainnya sudah sangat banyak.
Nah, karena baru punya bayi, keduanya pun kepikiran untuk membuat busana muslim anak usia di bawah dua tahun. “Pakaian anak yang beli kan bukan anaknya, tapi orangtuanya. Dan, orangtua pasti akan membelikan apa pun yang bagus buat anak-anak mereka,” kata Asad.
Untuk pembagian kerja, sang istri mengurus desain, produksi dan perencanaan penjualan. Sementara Asad mengurusi pemasaran. Kebetulan waktu masih berstatus karyawan, ia bekerja sebagai pemasar.
Baca juga: Dicap Jadi Trendsetter Mukena Motif, Ini Kisah Rina Membesarkan Tatuis Mukena
Akhir 2015, Asad memulai usaha busana muslim anak, meski dengan modal pas-pasan. Berkat masukan dari seorang teman, ia menjalani usaha dengan sistem purchase order (PO).
Jadi, Asad baru memproduksi pakaian sesuai model yang dia tawarkan begitu ada order masuk dan pemesan sudah melunasi pembayaran. Sistem tersebut, Asad menilai, masuk akal buat yang modalnya terbatas.
“Pekerjaan selanjutnya, bagaimana caranya calon pelanggan percaya? Yaitu, dengan memberikan produk yang bagus, berkualitas, dan sesuai dengan apa yang mereka harapkan,” beber Asad .
Maklum, dengan modal pas-pasan pula, Asad memasarkan produknya secara online lewat Facebook dan Instagram. Untuk mempromosikan Bunayya, ia beriklan lewat Google Ads dan menggunakan jasa endorsement bertarif murah. “Pelan-pelan orang pun jadi tahu dan kenal Bunayya,” ujarnya.
Untuk produksi, mulanya Asad menumpang di konveksi milik mertua yang selama ini hanya membuat popok bayi.
Cuma, karena kapasitasnya terbatas, ia pun keliling mencari penjahit untuk menawarkan kongsi kemitraan. “Tapi sulit sekali, enggak ada yang mau kerjasama,” ungkapnya.
Sampai akhirnya, ada penjahit spesialis gaun yang mau menerima ajakan kerjasamanya. Itu pun setelah bujuk rayu.
Tapi, penjahit itu hanya mau menerima order dari Asad sesuai kapasitas saja, tidak mau menambah karyawan. Paling banyak ia mengerjakan 200 potong busana muslim anak.
Sampai sekarang, Asad masih bermitra dengan penjahit tersebut yang kini sudah memiliki karyawan lebih dari 10 orang. Sebetulnya, dia pernah punya pengalaman buruk.
Baca juga: Kisah Mantan Sopir Taksi Jadi Raja Bisnis Logistik di Jatim
Misalnya, karena permintaan menumpuk, penjahit tersebut kerja buru-buru. “Di situlah terjadi kekacauan, salah ukuran dan lain-lain,” tuturnya. Toh, kerjasama tetap berlangsung, karena, kata Asad, penjahit itu adalah mitra penjahit pertamanya.
Saat ini, total produksi Bunayya mencapai 6.000 potong per bulan yang dikerjakan oleh empat konveksi milik mitra. Masing-masing konveksi punya 10 penjahit hingga 15 penjahit.