Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bencana Tanah Bergerak di Sukabumi, 90 Rumah hingga 26 Hektar Sawah Rusak

Kompas.com - 06/05/2019, 00:05 WIB
Budiyanto ,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

SUKABUMI, KOMPAS.com - Sekitar 90 rumah, 3 fasilitas umum, 26 hektar sawah dan 200 meter jalan provinsi tercatat rusak akibat bencana tanah bergerak di Kampung Gunungbatu, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat hingga Minggu (5/5/2019).

"Sejak hari ini ada penambahan karena ada rumah-rumah RT 1 statusnya menjadi terancam," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi Asep Suherman kepada wartawan di Balai Desa Kertaangsana, Minggu (5/5/2019).

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi menyebutkan daerah terdampak meliputi RT 01, 02 dan 03 RW 09, rumah berjumlah 129 rumah dengan penduduk sebanyak 161 kepala keluarga (KK) yang berjumlah 482 jiwa.

Sebelumnya, terdata sebanyak 109 rumah dengan jumlah penduduk sebanyak 110 KK yang berjumlah 354 jiwa.

Baca juga: 5 Fakta Bencana Tanah Bergerak di Sukabumi, Warga Mulai Jual Harta Benda hingga Ratusan Rumah Terancam

Dia menuturkan, masa tanggap darurat sudah berakhir yang dilanjutkan dengan masa transisi pemulihan. Dalam masa pemulihan transisi ini, penanganan bencana sudah dialihkan dan dilaksanakan Panitia Lokal (Panlok) yang sudah dibentuk.

"Sudah kami sepakati (antara BPBD dan Panlok) masa transisi pemulihan ini selama 45 hari. Apakah bisa diperpanjang atau tidak sebelum ke relokasi secara permanen. Selama massa transisi kami dari BPBD terus monitor dan menugaskan beberapa personal," tutur dia.

Panitia lokal

Penyerahan penanganan bencana tanah bergerak dari BPBD Kabupaten Sukabumi kepada Panlok digelar di Desa Kertaangsana.

Penyerahan ditandai penyerahan bantuan atau donasi logistik dan uang tunai dari Kepala BPBD Asep Suherman kepada Ketua Umum Panlok Kapten Kusmana yang juga Danramil Nyalindung.

Baca juga: Makam Tergerus Bencana Tanah Bergerak di Sukabumi, 30 Jasad Dipindahkan

Masa tanggap darurat bencana gerakan tanah di Kampung Gunungbatu, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, sesuai Surat Keputusan (SK) Bupati Sukabumi Marwan Hamami mulai diberlakukan sejak Selasa 23 Mei 2019 hingga Senin 29 Aprill 2019.

Masa ini Lalu diperpanjang sejak Selasa 30 April 2019 hingga Senin 6 Mei 2019.

"SK Bupati sampai tanggal 6, namun atas pertimbangan bersama saling memaklumi kaitan dengan 1 Ramadhan, dan teman-teman sudah dua pekan di sini makanya hari ini dilakukan penyerahan dan besok dari BPBD tetap menugaskan staf di sini dan kami terus memonitornya," kata Asep.

Ketua Umum Panlok Kapten Kusmana mengatakan, akan melanjutkan penanganan bencana ini bersama-sama dengan pengurus semuanya. Rencana awal akan kembali dilakukan pendataan ulang mulai jumlah warga terdampak atau pengungsi dan logistik.

"Karena menghadapi bulan Ramadhan sebagai langkah awal kami akan merekrut ibu-ibu atau bapak-bapak yang bisa memasak lalu akan bergantian memasak," kata Kusmana selesai penyerahan penanganan bencana.

Baca juga: Khawatir Rumah Roboh, Korban Tanah Bergerak di Nyalindung Pindahkan Perabotan ke Lokasi Aman

Sebelumnya diberitakan, sedikitnya 40 unit rumah rusak terdampak bencana tanah bergerak di Kampung Gunungbatu, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat. Sedangkan 115 rumah lainnya dalam kondisi terancam.

Selain itu, tanah bergerak ini mengakibatkan ruas Jalan Sukabumi-Sagaranten di kampung setempat anjlok dan mengancam 26 hektar lahan persawahan.

Gerakan tanah ini mulai dikeluhkan masyarakat sejak sepekan ini setelah hujan deras mengguyur sehari semalam. Hingga Senin (22/4/2019), pergerakan tanah terus dirasakan warga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com