Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Drugdag, Tradisi Pukul Bedug Sambut Ramadhan ala Keraton Cirebon

Kompas.com - 05/05/2019, 18:53 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

CIREBON, KOMPAS.com – Beragam cara dilakukan umat Muslim untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, menyambut bulan puasa dengan tradisi drugdag, yakni pemukulan bedug secara bertalu-talu.

Tradisi drugdag ini diawali dengan shalat ashar berjamaah di Langgar Agung yang diikuti oleh sultan sepuh, abdi dalem serta sejumlah warga sekitar. Sebagian mereka menggunakan pakaian khas keraton, yaitu baju berwarna putih, bersarung serta bertopi batik.

Baca juga: Tradisi Unik Sambut Ramadhan, Gerebeg Apem Simbol Minta Ampunan di Jombang

Seusai menggelar shalat ashar berjamaah, sultan bersama abdi dalem menuju tempat Bedug Samogiri di sisi Langgar Agung.

Kemudian sang sultan menerima kentong dari abdi dalem, mengungkapkan rasa syukur atas kesempatan yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa, dan berdoa untuk segala kebaikan.

Sultan Sepuh Keraton Kasepuhan XIV, Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat, membuka dan langsung memimpin tradisi drugdag. Dia memukulkan dan membunyikan bedug secara bertalu-talu sebagai tanda telah datangnya bulan puasa.

Setelah sultan, para abdi dalem mulai bergantian melakukan pemukulan bedug secara simultan, pada sore dan juga menjelang sahur.

“Hari ini adalah akhir bulan sya’ban. Tradisi kami adalah pemukulan bedug menandakan pemberitahuan bahwa nanti malam sudah memasuki bulan Ramadhan dan sudah mulai shalat sunah tarawih,” kata di lokasi.

Baca juga: Gembrong Liwet, Tradisi Unik Warga Sumedang Sambut Ramadhan

 Arief menyebutkan, tradisi ini memiliki tiga makna. Makna pertama adalah sebagai ungkapan suka cita telah datangnya bulan yang dinanti-nanti, sebagaimana sesuai ajaran agama Islam.

Kedua, tradisi drugdag bermakna tanda masuknya bulan puasa, sedangkan ketiga, tradisi drugdag juga sebagai simbol silaturahim antara raja dengan para abdi dalem dan warga sekitar.

“Memasuki bulan Ramadan harus dengan hati gembira, menyambut dengan gembira. Memberitahukan bahwa memasuki bulan Ramadhan, dan terakhir hikmahnya adalah kami bisa bersilaturahim bersama abdi dalem dan masyarakat,” tambah Arief.

Dia menjelaskan, alat bedug telah ada sebelum Islam. Para walisongo yang di Pulau Jawa mengakomodasi semua seni, budaya, adat, tradisi yang ada. Kemudian, mereka memanfaatkan bedug untuk kegiatan-kegiatan agama Islam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com