Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Mahasiswa Unair soal "Quick Count" dan Klaim Kemenangan Capres

Kompas.com - 04/05/2019, 06:50 WIB
Ghinan Salman,
Farid Assifa

Tim Redaksi

"Dari metode quick count tersebut memang tingkat kesalahannya bisa dikatakan sedikit, asal cara samplingnya tadi benar. Dari pemilu tahun-tahun sebelumnya, hasil quick count dan real count tidak jauh beda," terang Nurul.

Menurut Nurul, baik paslon 01 maupun paslon 02 memiliki kecenderungan menang di beberapa wilayah di Indonesia. Namun, ia melihat presentase real count KPU yang sudah masuk tidak ada perubahan.

Meski begitu, ia berharap hasil penghitungan KPU benar-benar sesuai dan tidak ada kecurangan. Sehingga, siapa yang menang dan kalah, bisa menerima hasil penghitungan akhir dari KPU.

"Soal klaim kemenangan, menurut saya enggak perlu mendeklarasikan kemenangan dulu. Meskipun hasil quick count sudah keluar, tetap harus tunggu keputusan dari pihak yang lebih berwenang memutuskan itu," katanya.

Mahasiswi semester 2 jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakuktas Ilmu Budaya, Unair, Shofiyyatul Mahrushah menyatakan, ribut-ribut mengenai hasil quick count dan real count merupakan hal biasa dalam perhelatan pemilu.

"Setiap orang punya hak untuk percaya atau tidak percaya terhadap hasil quick count. Hasil quick count memang tidak sepenuhnya bisa dijadikan patokan atas kemenangan salah satu kubu," ucap Shofi.

Baca juga: Kata Mahasiswa ITB soal Polemik Quick Count Vs Real Count

Namun demikian, ia meyakini bahwa hasil quick count yang sudah dirilis sejumlah lembaga survei tidaklah asal-asalan karena ada metode ilmiah dan sampling.

Berdasarkan pemilu-pemilu sebelumnya, quick count tidak jauh beda hasilnya dengan real count. Hasil quick count ini bisa dijadikan patokan awal penghitungan suara agar masyarakat tidak penasaran. Sebab, hasil real count membutuhkan waktu yang lebih lama.

Permasalahannya adalah setiap paslon mempunyai versi hasil quick count sendiri. Kedua paslon pun memiliki data dan hasil berbeda mengenai perolehan suara.

"Yang memicu pendukung semakin keruh, apalagi di media sosial, itu tentang masing-masing paslon yang sudah mengklaim kemenangan berdasarkan hasil quick count masing-masing. Padahal hal itu belum pasti," jelasnya.

Tidak etis

Satrio Adi, mahasiwa semester 6 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Unair, menyebut, saling klaim kemenangan yang dilakukan masing-masing paslon tidak etis.

Apabila setiap paslon yakin menang. Cukup mendeklarasikan diri bahwa paslon 01 atau paslon 02 yakin bisa menang, bukan langsung mengklaim sudah memenangkan pemilu.

"Tapi kalau sampai mengklaim pihak sana menang, ada yang kalah, bahkan sampai teriak-teriak, itu menurut saya juga nggak etis. Lebih baik menunggu hasil resmi KPU," ujarnya.

Syifa'ul Qulub, mahasiswa semester 8 Ilmu Politik, Fisip, Unair, menyampaikan, klaim kemenangan yang dilakukan kedua kandidat paslon capres-cawapres cukup wajar.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com