Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Guru Honorer di Daerah Terpencil Sumedang, Honor Rp 300.000, Jalan Kaki 10 Km

Kompas.com - 03/05/2019, 10:47 WIB
Aam Aminullah,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


SUMEDANG, KOMPAS.com - Pahlawan tanpa tanda jasa. Itulah gelar yang disematkan kepada tiap guru di Indonesia.

Gelar itu bukan tanpa alasan. Sebab, hingga saat ini, masih banyak guru, khususnya guru honorer dan bertugas di daerah terpencil, tingkat kesejahteraannya masih sangat rendah.

Meski begitu, hal ini tidak menyurutkan niat Casman (49), untuk menjadi guru seperti yang diamanatkan mendiang ibunya.

Meski hanya berstatus sebagai guru honorer sejak kali pertama mengajar pada tahun 1996, namun Casman tak pernah mengeluh dengan honor tak seberapa yang diterimanya ini.

Baca juga: 6 Guru Honorer di Tangerang Dipecat karena Foto Pose Dua Jari Sambil Pegang Stiker Prabowo-Sandi

Setelah 23 tahun menjadi guru honorer di SDN Ciawi, Desa Cisampih, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Casman hanya menerima honor Rp 300.000.

Namun, semangatnya tetap hidup untuk mengajar seluruh anak didiknya.

Tak hanya itu, untuk menempuh sekolah tempatnya mengajar, tiap hari, warga Dusun Cikandang RT 010 RW 005, Desa Ciranggem, Kecamatan Jatigede, ini harus berjalan kaki sejauh 10 kilometer, pulang pergi.

Casman mengaku, tiap hari selain hari libur, dia berangkat dari rumah menuju sekolah sekitar pukul 05.00 WIB.

Casman harus menempuh perjalanan sejauh 5 kilometer dengan melalui medan jalan cukup terjal dan memakan waktu 1, 5 jam hingga 2 jam perjalanan.

Rasa capek dan letih di perjalanan tak lagi terasa manakala telah bertemu dengan anak didiknya di ruang kelas 4, SDN Ciawi.

"Jarak dari rumah ke sekolah sekitar 5 kilometer. Jadi, pulang pergi tiap hari itu sekitar 10 kilometer. Alhamdulillah, tak terasa capeknya karena begitu tiba di kelas, anak-anak menyambut dengan ceria," ujar Casman, kepada Kompas.com, di SDN 4 Ciawi, Jumat (3/5/2019) pagi.

Amanat mendiang ibu

Bagi Casman, melihat anak didiknya sukses, berakhlak baik, dan memiliki kepribadian yang kuat, menjadi motivasinya dalam mengajar, selain amanat dari mendiang ibunya.

"Sebelum meninggal tahun 2008, almarhum Ibu berpesan agar saya harus terus mengajar dengan ikhlas. Harus tetap menjadi guru, mengajar dengan ikhlas sampai kapan pun dan walau bagaimana pun kondisinya. Pesan almarhum Ibu itu yang membuat saya tetap semangat dan kuat hingga saat ini," tutur dia.

Casman menyebutkan, beberapa kali dia telah berupaya merubah nasibnya dari guru honorer menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Caranya, dengan mengikuti tes CPNS, namun nasib tak kunjung berpihak.

"Beberapa kali ikut tes CPNS tapi gagal terus. Mungkin belum nasibnya," kata dia, sambil tertawa ringan.

Ayah tiga orang anak ini menuturkan, dengan honor Rp 300.000 yang diterimanya saat ini, tentu tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Khususnya, dalam menghidupi istri dan ketiga buah hatinya.

Baca juga: Guru Honorer di Depok Keluhkan Gaji yang Terlambat

Untuk menutupi kekurangan itu, sepulang mengajar dia langsung menggarap lahan sawah dan kebun milik salah seorang keluarganya.

Dari kerja kerasnya bersama istri menggarap lahan inilah kebutuhan hidup sehari-hari sedikitnya mampu tercukupi.

"Lahannya milik saudara, saya hanya menggarap saja, tak punya lahan sendiri. Lahan itu, saya garap bersama istri, khususnya saat tandur dan panen padi," ucap dia.

Casman berharap, di momen Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang biasa diperingati tiap tanggal 2 Mei ini, pemerintah lebih memperhatikan lagi nasib guru honorer.

"Kami berharap Bapak Presiden, atau siapa pun nantinya yang akan menjadi presiden hasil pemilu kali ini, dapat lebih memperjuangkan nasib para guru honorer," harap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com