SUMEDANG, KOMPAS.com - Pahlawan tanpa tanda jasa. Itulah gelar yang disematkan kepada tiap guru di Indonesia.
Gelar itu bukan tanpa alasan. Sebab, hingga saat ini, masih banyak guru, khususnya guru honorer dan bertugas di daerah terpencil, tingkat kesejahteraannya masih sangat rendah.
Meski begitu, hal ini tidak menyurutkan niat Casman (49), untuk menjadi guru seperti yang diamanatkan mendiang ibunya.
Meski hanya berstatus sebagai guru honorer sejak kali pertama mengajar pada tahun 1996, namun Casman tak pernah mengeluh dengan honor tak seberapa yang diterimanya ini.
Baca juga: 6 Guru Honorer di Tangerang Dipecat karena Foto Pose Dua Jari Sambil Pegang Stiker Prabowo-Sandi
Setelah 23 tahun menjadi guru honorer di SDN Ciawi, Desa Cisampih, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Casman hanya menerima honor Rp 300.000.
Namun, semangatnya tetap hidup untuk mengajar seluruh anak didiknya.
Tak hanya itu, untuk menempuh sekolah tempatnya mengajar, tiap hari, warga Dusun Cikandang RT 010 RW 005, Desa Ciranggem, Kecamatan Jatigede, ini harus berjalan kaki sejauh 10 kilometer, pulang pergi.
Casman mengaku, tiap hari selain hari libur, dia berangkat dari rumah menuju sekolah sekitar pukul 05.00 WIB.
Casman harus menempuh perjalanan sejauh 5 kilometer dengan melalui medan jalan cukup terjal dan memakan waktu 1, 5 jam hingga 2 jam perjalanan.
Rasa capek dan letih di perjalanan tak lagi terasa manakala telah bertemu dengan anak didiknya di ruang kelas 4, SDN Ciawi.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan