Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sartam, Petani yang Berbagi Ladang dengan Kawanan Monyet

Kompas.com - 03/05/2019, 08:11 WIB
Rosyid A Azhar ,
Farid Assifa

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com – Kesabaran dan kebijakan Sartam (68) berteman dengan satwa di tepi hutan membuat ladangnya selamat dari gangguan binatang liar.

Separuh dari luas ladangnya yang berbatasan dengan hutan "dihibahkan" kepada satwa liar, termasuk tanaman yang ada di dalamnya. Meskipun semua buah tanamannya ludes, ia ikhlas dan senang telah memberi mereka makan setiap hari.

“Hewan-hewan itu juga makhluk hidup, mereka perlu makan,” kata Martam, Jumat (3/5/2019).

Sementara di sisi lain, ladang yang khusus untuk dipelihara aman dari penjarahan satwa liar ini.

Ladang yang disisihkan untuk satwa liar ini berada di lereng gunung. Meski lahan itu untuk monyet dan satwa lainnya, Sartam tetap merawatnya seperti ladang untuk kebutuhan keluarganya.

Baca juga: Pemprov Jabar Kerja Sama dengan Blibli, Petani Bisa Jual Sayur dan Buah Secara Online

Di ladang khusus satwa, Sartam menanam aneka tanaman buah-buahan. Ia tidak pernah memanennya. Semua tanaman ini diperuntukkan satwa liar yang datang dari hutan.

“Terutama monyet, mereka yang paling rajin datang dengan kelompoknya yang berjumlah belasan hingga puluhan” ujar Sartam.

Bagi petani yang berada di tepi kawasan hutan, kehadiran monyet di sawah atau kebun selalu mendatangkan masalah. Kawanan monyet ini akan merusak tanaman, menjarah apa yang bisa dimakan, sehingga banyak petani yang menganggap monyet ini adalah hama perusak tanaman.

Di banyak tempat, untuk mengatasi masalah ini petani memasang jerat atau mengaliri pagar kawat dengan listrik agar monyet tidak datang merusak. Namun upaya ini akan terus berulang sehingga konflik petani dan monyet tidak akan berkesudahan.

“Tanaman buah di lereng itu juga kami rawat agar terus berbuah sepanjang tahun. Ini adalah makanan khusus buat monyet,” jelas Sartam.

Ladang buah ini dibuat oleh Sartam bukan tanpa tujuan. Ia belajar dari pengalaman bagaimana konflik petani dan monyet ini terus berlangsung hingga kini. Setiap hari tanaman petani dijarah kawanan monyet tanpa ampun. Petani pun terus merugi.

Demikian juga nasib monyet yang dianggap hama ini banyak yang berakhir tragis, terkena jerat, tersengat aliran listrik, ditembak, hingga dibunuh tanpa ampun. Tidak banyak orang atau lembaga yang mengetahui kondisi ini, kawasan pinggiran yang lengang menyembunyikan konflik ini.

Baca juga: Kisah Sukardi, Petani Deli Serdang yang Menanam Padi Organik sejak 1980

Tidak demikian dengan Sartam, petani santun ini justru menyisihkan ladang di kemiringan lereng yang dikuasainya ini justru dijadikan kebun buah yang khusus diperuntukkan untuk monyet.

“Kalau kawanan monyet ini sudah menikmati buah di ladang ini, mereka tidak akan turun ke ladang warga, tanaman para petani pun aman,”kata Sartam.

Peduli lingkungan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com