YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini penghitungan suara KPU untuk Pilpres 2019 masih berlanjut, selepas gelaran Pemilu serentak pada 17 April 2019 lalu. Debat mengenai hasil quick count dalam Pemilu 2019 juga masih berlangsung.
Seperti diketahui, berdasarkan hasil perhitungan cepat atau quick count sejumlah lenaga survei termasuk Litbang Kompas menyebutkan keunggulan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin.
Jika kemudian hasil perhitungan KPU yang diperkirakan rampung pada 22 Mei 2019 menyebutkan hal yang sama, maka petahana Jokowi melaju.
Baca juga: Kata Mahasiswa ITS soal Presiden yang Dibutuhkan Indonesia
Namun, bagaimana dengan 2024 mendatang. Siapa kira-kira yang akan maju sebagai presiden?
Kompas.com mewawancarai sejumlah mahasiswa UGM terkait pangangan mereka soal kriteria calon pemimpin Indonesia masa depan. Berikut jawabannya.
Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM), Alfina Fara (19) mengatakan Indonesia membutuhkan presiden yang merakyat.
"Pastinya presiden yang tidak hanya memikirkan elit-elit, tetapi lebih memikirkan masyarakat kecil," ujar Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM), Alfina Fara (19) Jumat (26/04/2019)
Menurutnya presiden yang pintar secara akademik tidak menjamin bisa menjalankan pemerintahan dengan baik. Tetapi lebih pada presiden yang mempunyai jam terbang.
Terutama lanjutnya pengalaman tentang pemerintahan. Sebab dengan pengalaman yang dimilikinya, seorang presiden bisa mengambil kebijakan dan mencari solusi yang tepat.
"Yang terpenting lagi, presiden yang bisa merangkul semua pihak," tegasnya.
Baca juga: Kata Mahasiswa Unpad soal Kriteria Presiden Masa Depan dan Harapan bagi Presiden Terpilih
Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi UGM Caecilia Santi Praharsiwi berpendapat Indonesia membutuhkan presiden yang bisa menjadi contoh bagi masyarakat, terutama tentang pluralisme dan penerimaan atas perbedaan.
Sebab masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai latar belakang yang beraneka ragam.
"Yang dari kata-katanya dan perbuatannya mendukung penghargaan atas keberagaman, berani bersuara seperti Gus Dur misalnya," ungkapnya
Selain itu, Santi menuturkan Indonesia membutuhkan presiden yang berani melawan politik identitas. Indonesia juga butuh presiden yang berani mengungkap dan menindak tegas pelanggaran HAM.
"Harapan Saya, presiden yang lebih berani ambil risiko menyelesaikan permasalahan HAM di Indonesia," pungkasnya.
Baca juga: Kata Mahasiswa Unhas Makassar soal Kriteria Presiden yang Dibutuhkan Indonesia
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.