Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aneh, Bastion Benteng Maas di Gorontalo Utara Berbentuk Segi Delapan

Kompas.com - 02/05/2019, 13:04 WIB
Rosyid A Azhar ,
Farid Assifa

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.comBastion Benteng Maas di Gorotalo Utara ternyata berbentuk segi delapan atau oktagon. Bentuk ini dinilai para peneliti arkeologi tidak lazim.

"Bentuk bastion yang oktagonal atau segi delapan ini tidak lazim untuk benteng Belanda karena biasanya berbentuk mata panah," kata M Chawari, anggota tim penelitian dari Balai Arkeologi Sulawsi Utara yang memiiki pengalaman ekskavasi benteng-benteng kolonial Belanda, Kamis (2/5/2019).

Bastion yang berada di sisi timur laut benteng ini masih kokoh berdiri meskipun sudah dimakan usia. Bastion ini yang tersisa dari 4 bastion yang dimiliki Benteng Maas.

"Bastion adalah bagian yang menjorok keluar yang pada umumnya terletak di tiap sudut benteng," kata Irna Saptaningrum, ketua tim peneliti Benteng Maas.

Baca juga: Mengungkap Misteri Reruntuhan Benteng Maas di Gorontalo Utara

Irna Saptaningrum menjelaskan, fungsi bastion ini sebagai tempat pengintaian atau pengawasan. Biasanya ada lubang bidik yang jumlahnya sesuai kebutuhan pada masanya.

Sebagai alat pertahanan militer, bastion digunakan untuk pemantauan pantai atau laut, sungai, jalan atau akses darat.

Di Benteng Maas, bastion yang tersisa adalah yang paling besar untuk mengawasai bagian laut yang juga terdapat muara sungai.

“Banyak benteng Belanda yang bastionnya menyerupai mata panah. Namun bastion Benteng Maas ini justru bemiliki sudut delapan,”ujar M Chawari.

Temuan bentuk oktagon bastion ini semakin memperkaya khazanah dan nilai benteng-benteng masa kolonial di Gorontalo.

Ini juga menjadi catatan penting ekskavasi Balai Arkeologi Sulawesi Utara dalam mengungkap bentuk arsitektur benteng ini.

Baca juga: Struktur Tua yang Ditemukan Arkeolog Diduga Reruntuhan Benteng Nieuw Nassau

Anggota tim penelitian lain, Agus Hascaryo, pakar geo-arkeologi memastikan bahan baku penyusun bastion adalah batu karang, andesit, granodiorit, tuva dan breksi yang sumbernya banyak terdapat di sekitar benteng.

"Secara umum riset yang kami lakukan adalah untuk mencari bentuk arsitektur, sekarang sedang mencari puzzle, bagian-bagian yang harus dirangkai untuk membentuk kesatuan utuh," ujar Wuri Handoko, Kepala Balai Arkeologi Sulawesi Utara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com