Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mantan Sopir Taksi Jadi Raja Bisnis Logistik di Jatim

Kompas.com - 02/05/2019, 07:30 WIB
Aprillia Ika

Editor

First Logistic memberi kepercayaan kepada Andik sebagai agen, yang bertugas mengelola wilayah Jawa Timur (Jatim).

Meski statusnya agen, Andik tetap harus menyediakan semua infrastruktur First Logistics di Jatim. Manajemen dan bisnis pun dia yang menjalankan.

Baca juga: Kisah Tiga Anak Muda Bandung Rintis Bisnis Sneakers Lokal

Alhasil, seluruh biaya dan risiko juga ia tanggung. "Jadi sebetulnya, ini milik saya semua. Tapi, saya tagih ke First Logistics untuk semacam komisi," ungkapnya.

Toh, Andik memulai semua dari nol. Bahkan, ia hanya mengandalkan sepeda motor untuk mengantar barang dan dokumen. Dia merangkap jadi kurir, walau memiliki tiga karyawan yang semua adalah teman sendiri.

Andik tak mau tak sembarangan merekrut karyawan. Itu sebabnya, yang diangkat jadi karyawan adalah orang-orang yang Andik kenal.

Pasalnya, perusahaan jasa ekspedisi betul-betul butuh kepercayaan. Pelanggan menitipkan barang untuk diantar dengan selamat dan cepat sampai tujuan.

Baca juga: Kisah Pak Sahid Tukang Permak Baju, Tetap Bekerja di Usia Senja

Di tangan Andik, bisnis First Logistics pun berkembang di Jatim. Tapi, ia akhirnya memilih melepas nama First Logistics yang mulai besar, demi membangun kembali UD Telaga yang sudah lama mati.

Alhasil, pada 2012, Andik mendirikan TebaExpress. Teba merupakan singkatan dari Telaga Baru. Sesuai filosofi telaga yang airnya menghidupi banyak orang, ia berharap, begitu juga dengan TebaExpress.

First Logistics menerima dengan lapang dada keputusannya untuk mengakhiri kongsi. "Bahkan, mereka mendukung langkahnya merintis kembali bisnis logistik. Malah, First Logistics menjadi mitra kami," ujarnya.

Pakai konsep bisnis baru

Andik tak mau mengulangi kesalahan yang sama dan belajar dari pengalaman bekerja di 21 Express dan First Logistics. Dia mengubah konsep bisnis TebaExpress. Dari business to business (B2B) jadi customer to customer (C2C) dan business to customer (B2C).

Soalnya, tantangan utama B2B, berkaca dari UD Telaga, begitu bisnis perusahaan mitra lesu bahkan atau gulung tikar, maka TebaExpress bisa kena imbasnya.

"Dengan konsep C2C, dalam satu truk ada banyak barang milik banyak orang, barang kecil-kecil kami kumpulkan jadi satu truk," jelas Andik.

Baca juga: Kisah Pemuda Tamatan SMP di Payakumbuh yang Retas Situs KPU, Tak Niat Jahat hingga Dapat Sertifikat

Jadi, TebaExpress bermain di ranah ritel dan tidak bergantung pada satu sektor saja. Misalnya, hanya pakaian atau tekstil saja. Dan, kelebihan lain dari ritel adalah konsumen langsung bayar.

"Beda dengan B2B, perusahaan perlu bikin invoice dulu dan pencairan uangnya tidak saat itu juga. Jadi, harus nombok dulu," sebut dia.

Lantaran skema bisnis ini menarget konsumen akhir (end consumer), Andik harus pintar-pintar menghadapi pelanggan. Apalagi, ia sering kali menjawab sendiri telepon yang masuk dari pelanggan.

Tetapi, dengan metode ini, Andik jadi tahu betul kondisi timnya. "Walau saya sedang di luar, saya tetap bisa memantau dari lapangan," ucapnya.

Selain ekspedisi, Andik masuk ke bisnis pergudangan. Ia punya gudang di daerah Sidoarjo, yang menawarkan layanan manajemen dengan dukungan angkutan darat serta jasa angkutan udara dan laut.

Ke depan, dia berencana mengubah website TebaExpress biar lebih komunikatif. Lalu, memperbarui sistem pelacakan alias tracking pengiriman barang di situs itu. (Merlinda Riska)

Artikel ini sudah tayang di KONTAN dengan judul "Jatuh bangun Andik Purwo Widagdo membangun bisnis logistik di Jawa Timur"

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com