Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harapan Mahasiswa ITB tentang Sosok Presiden untuk Indonesia

Kompas.com - 30/04/2019, 05:30 WIB
Agie Permadi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Pemungutan suara Pemilihan Presiden 2019 sudah digelar pada 17 April lalu.

Ada dua pasangan yang bertarung pada pilpres, yakni Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Dua capres ini merupakan wajah lama yang pernah berkompetisi pada Pemilu 2014 silam.

Berdasarkan quick count sejumlah lembaga survei, pasangan nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf unggul.

Namun demikian, keputusan resmi pemenang pilpres tetap berdasarkan hasil penghitungan suara berjenjang yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Siapa pun yang menang nanti, diharapkan akan membawa perubahan Indonesia yang lebih baik. 

Kompas.com meminta tanggapan mahasiswa Institut Teknologi Bandung soal sosok kriteria pemimpin yang diinginkan untuk memimpin negeri ini.

Baca juga: Kata Mahasiswa ITS soal Presiden yang Dibutuhkan Indonesia

Misalnya, Ade Hilmy Maulana A, aahasiswa ITB jurusan teknik mesin, menginginkan pemimpin yang berbudaya dan memiliki sifat Hasta Brata. Sifat ini merupakan ajaran sangat tua yang diperkenalkan oleh lakon pewayangan. Hasta Brata merupakan ilmu tentang delapan sifat alam yang agung, yakni sifat bumi, matahari, bulan, samudera, bintang, angin, api dan air.

“Kalau dalam budaya Jawa. seorang pemimpin itu harus punya 8 sifat alam, namanya Hasta Brata, nah itu kriteria pemimpin yang dibutuhkan,” katanya.

Sementara itu Dania, mahasiswi ITB jurusan Aktuaria Matematika S2 ini mengidamkan pemimpin yang peduli terhadap rakyatnya.

“Tentunya yang memikirkan rakyatnya lah. Kedua calon presiden yang ada saat ini sudah mewakili putra terbaik Indonesia, tapi itu tergantung dari masyarakatnya, mau pilih mana dan sebenarnya ini banyak, itu dari pola pikir rakyatnya, jadi tergantung juga sih,” katanya.

Mahasiswa ITB jurusan mesin, Iqbal mengharapkan pemimpin yang bebas dari korupsi, tidak hanya tahu kondisi rakyatnya, tetapi juga merakyat.

“Yang enggak korupsi, kerabat dan rekan kerjanya bersih, merakyat turun ke rakyat,” katanya.

Natalia Karin, mahasisiwi ITB jurusan Teknik Pangan menginginkan pemimpin yang memiliki optimisme dalam membangun negaranya.

“Lepas dari kedua calon, pengennya presiden yang realistis kondisi Indonesia tapi punya optimisme buat bangun Indonesia dari sumber daya manusianya, infrastrukturnya, mau mengkuti perkembangan teknologi seperti industri 4.0, terus perusahaan-perusahaan yang start up yang mulai berkembang,” tuturnya.

Sementara itu, Liyan Nurchalifah, mahasiswa ITB jurusan Matematika 2016 mengatakan, pemimpin yang dibutuhkan Indonesia menurutnya adalah sosok yang memahami secara mendetail dan menyeluruh tentang Pancasila serta mengaplikasikannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebab, kata Liyan, Pancasila merupakan rangkuman beragam hal yang akan dibutuhkan oleh rakyat Indonesia, termasuk keagamaan (yang dapat membuat kehidupan menjadi lebih baik dan teratur), kemanusiaan, persatuan, keadilan, dan sebagainya.

"Pemimpin juga perlu memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dan berdiplomasi untuk melakukan musyawarah serta kuat dan berilmu lebih untuk mempertahankan dan membangun negaranya,” kata Liyan. 

Baca juga: Kata Mahasiswa ITS soal Polemik Quick Count dan Saling Klaim Kemenangan

Dinda, mahasiswi ITB jurusan fisika memimpikan pemimpin yang tegas dan pancasilais.

“Tegas, dia dalangnya, bukan wayangnya. Pancasilais, memegang teguh Bhinneka Tunggal Ika, adil, dan mementingkan kepentingan rakyatnya,” kata Dinda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com