Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Penumpang Ditinggal Pesawat karena Diduga Kelebihan Bagasi, Ini Penjelasan Lion Air

Kompas.com - 29/04/2019, 15:39 WIB
Dendi Ramdhani,
Rachmawati

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Manajemen Lion Air menjelaskan sudah menjalankan prosedur yang berlaku terkait insiden enam penumpang yang ditinggal pesawat di Bandara Husein Sastranegara karena diduga kelebihan membawa barang.

Dalam siaran resmi Lion Air yang diterima Kompas.com, Senin (29/4/2019), Coorporate Communication Strategic Lion Air Danang Mandala Prihantoro mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Selasa 23 April 2019 dengan kode penerbangan JT-911 rute Bandara Husein Sastranegara, Bandung menuju Bandara Kualanamu, Sumatera Utara.

Baca juga: Kelebihan Barang Bawaan, Penumpang Lion Air Ketinggalan Pesawat hingga Harus Beli Tiket Lagi

Danang mengatakan, saat proses check in penumpang melaporkan tiga bagasi seberat 30 kg dan empat bagasi kabin. Petugas layanan darat (ground handling) telah memberikan tanda label kuning (baggage tag) pada keempat barang bawaan tersebut.

Namun, pada saat menjalankan penanganan berdasar pengamatan, penumpang itu ternyata membawa sembilan barang bawaan.

"Berdasarkan kondisi ini, petugas sudah mengawali dengan menyampaikan permohonan maaf, kemudian menginformasikan jika barang bawaan berjumlah sembilan kilo melebihi batas yang sudah ditentukan untuk dibawa ke dalam kabin," ujar Mandala.

Baca juga: Fakta Ancaman Bom di Pesawat Lion JT-303, Penerbangan Tertunda 2 Jam hingga Pelaku Janji Tak Ulangi

Ia menambahkan, setiap penumpang (kecuali bayi) diperbolehkan membawa satu bagasi kabin maksimum berat 7 kg dan satu barang pribadi (personal item). Maksimum dimensi bagasi kabin tidak lebih dari 40 cm x 30 cm x 20 cm.

Kategori anak (child) usia 2-12 tahun juga mempunyai jatah dan diperbolehkan membawa bagasi kabin menurut ukuran standar. Dalam hal ini, barang bawaan yang menjadi hak anak bisa dibawa, atau diwakilkan oleh pendamping, atau jika anak bepergian tanpa pendamping dapat dibantu bawakan oleh petugas.

"Petugas Lion Air tidak meminta atau menyuruh penumpang kategori anak membawa bagasi sendiri. Oleh karena itu, petugas menyarankan barang bawaan lainnya agar didaftarkan sebagai bagasi tercatat (dibagasikan) ke dalam kompartemen bagasi pesawat. Namun penumpang menolak atas informasi yang disampaikan petugas," paparnya.

Baca juga: Pihak Keluarga Korban Desak Lion Air dan Boeing Lunasi Klaim Asuransi

Lantaran perdebatan panjang terjadi, akhirnya pihak maskapai memutuskan untuk tetap melanjutkan penerbangan tanpa enam penumpang tadi.

"Dikarenakan waktu keberangkatan sudah sesuai, penumpang dimaksud tidak segera masuk ke pesawat dan pertimbangan upaya Lion Air menjaga kinerja ketepatan waktu (on time performance), maka pilot sebagai person in command (PIC) memutuskan pesawat pada penerbangan JT-911 tutup pintu (door close) serta bersiap lepas landas," jelasnya.

Dikonfirmasi terpisah, Ariesa Sinaga mengatakan jika barang bawaannya sudah sesuai prosedur bagasi maskapai. Selain tas, ia juga membawa tiga plastik yang berisi roti, air mineral dan pamper bayi. Roti dan air mineral itu ia beli di bandara.

"Nah saat itu saya beli roti enam buah, dan enam air mineral. Ada satu plastik lagi untuk pamper dan selimut anak saya. Jadi total plastik ada tiga," ucapnya saat dihubungi via sambungan telepon.

Baca juga: Ini Pengganti 6 Anggota DPRD Babel yang Jadi Korban Lion Air JT 610

Namun, Ariesa bersama keluarga tak diperkenankan naik pesawat lantaran dinilai barang bawaannya melebihi kapasitas.

"Adik saya membawa barang yang menjadi hak anak saya. Karena kan anak saya umur 3,5 tahun dan 7 tahun. Mereka mempermasalahkan roti, air mineral dan pamper," ujarnya.

Dengan terpaksa Ariesa pun membuang roti dan air mineralnya, namun ia tetap tak diperkenankan masuk pesawat.

"Suami saya marah, dibuang rotinya, tapi tetap kami tak dizinkan naik pesawat dengan alasan satu orang satu barang. Logikanya, anak saya 3,5 tahun dan 7 tahun bisa gak bawa barang seperti itu," ucapnya.

Setelah berdebat panjang, Ariesa akhirnya terpaksa membeli ulang tiket pesawat itu. Ironisnya, setelah membeli tiket, ia dan keluarga dipersilakan masuk tanpa ada pemeriksaan seperti sebelumnya.

"Akhirnya saya beli tiket baru mengingat anak saya sudah lelah. Saya juga harus urus pekerjaan. Bisa pulang di video selanjutnya tanpa ada pemeriksaan. Saya ada bukti penumpang lain bawa tas satu dan tentengan satu bisa lolos. Dan tidak ada permintaan maaf sampai sekarang," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com